BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Berbicara Negara Palestina, sangat unik. Palestina merdeka atas 4 juta kelompok etnis dalam satu wilayah, Palestina. Berdirilah Palestina dengan ibu kotanya (masih diperdebatkan) Yerusalem Timur (Ramallah) tahun 1988.
Dengan pimpinan Mahmoud Abbas yang menguasai Tepi Barat dari Faksi Fattah (secara dejure), dan pimpinan perdana mentri Ismail Haniyeh di wilayah Gaza dari Faksi Hammas (secara de vakto), bukan konsesi politik negara penjajah.
Hingga kini keberadaan negara Palestina kian didesak otoritas pendudukan Israel, dari tahun ke tahun kian menciut. Bahkan jauh sebelum tahun 1988. Hingga tahun 2020 ini, terus berubah batas Pemerintahan Palestina, baik faksi Fattah maupun Faksi Hammas. Bagaiman situasi sebenarnya?
“Begini, sejak tahun 1948, dan pendudukan Al Quds (mesjid Al Aqsho) tahun 1967, terbatas pada Tepi Barat dan Jalur Gaza,” kata Ahmad Tarmizi, Lc MA, Ketua KNRP (komite nasional untuk rakyat Palestina) Riau dalam ulasan singkatnya melalui webpage di akhir pekan pertama Agustus 2020 lalu.
“Pemerintahan Palestina hakekatnya wujud persatuan rakyat Palestina, tanpa memandang faksi-faksi. Cuma agenda musuh memecah belah persatuan, seolah-olah kita dihadapkan pada Tepi Barat di bawah Fattah, dan Gaza di bawah faksi Hamas. Sejatinya, mereka tetaplah rakyat Palestina yang masih terjajah, dan tanah mereka diduduki oleh penjajah zionis,”
Apakah organisasi islam dunia maupun PBB membisu?
Kata Tarmizi lagi peran OKI dan PBB hanya sebatas seruan agar zionis menghentikan pendudukan dan penjajahannya. Zionis malah membagi Jerusalem beberapa bagian di bawah kontrol mereka.
Zionis dalam 3 tahun terakhir memutuskan menjadikan Jerusalem sebagai ibukota mereka. Beberapa negara sudah mengakui dengan memindahkan kantor kedutaan mereka. Peran PBB di sini tidak terlalu signifikan. Pembelaan PBB sebatas seruan-seruan.
“Kita tahu bahwa AS di belakang kekuatan zionis. Plus standar ganda mereka dalam menyikapi persoalan Palestina. Tindakan Organisasi-organisasi Islam masih minim, berkaitan dengan peta kekuatan dunia hari ini.
Negara-negara Islam, tempat berkantornya organisasi-organisasi Islam dan NGO kemanusiaan, dirundung konflik politik dan perpecahan. Bagaimana akan membantu Palestina, sedangkan Libya, Syiria, Mesir, Yaman, dan negara sekitar masih dalam kemelut internal. Dan PBB tidak bisa terlalu diharapkan. Kondisi kita direpotkan dengan urusan masing-masing,”, pungkas pembela Palestina ini. (bpc5)