BERTUAHPOS.COM, NUNAVUT – Warga sebuah kota di bagian paling utara Kanada terancam kelaparan di tengah cuaca dingin Arktik. Pasalnya, harga-harga makanan di kota itu sangat tinggi. Bahkan untuk satu buah kol, warga harus membayar hingga setara Rp285 ribu.
Â
Sebagaimana iformasi yang dilansir dari CNNIndonesia Selasa (27/1/2015), harga bahan makanan yang luar biasa mahal itu terdapat di kota Iqaluit di wilayah Nunavut yang terletak di bagian paling utara Kanada. Kota itu terpencil, diselimuti salju sepanjang tahun dan rumah warga tersebar berjauhan.Â
Â
Harga makanan di kota itu selalu mahal, karena ongkos distribusi yang selangit. Tidak adanya jalur darat di kota itu membuat pengiriman makanan dilakukan dengan kapal, selain lama juga biayanya sangat tinggi.
Â
seorang warga mengunggah gambar satu buah kol seberat 2,1kg yang dihargai $C28,54 atau lebih dari Rp285 ribu. “Warga tidak mampu membelinya!!” tulis komentar di bawahnya. Ada lagi foto sebotol minyak goreng sebanyak 1,42 liter yang dihargai $C15,99 atau lebih dari Rp159 ribu. Harga seekor ayam kecil di kota itu mencapai C$64,99, lebih dari Rp649 ribu. Empat buah jeruk seberat 1kg yang dihargai $C16,16, setara Rp161 ribu. Satu bungkus anggur hijau dihargai $C18,99 atau lebih dari Rp189 ribu.
Â
Sebenarnya pemerintah Kanada telah memiliki program subsidi untuk mengurangi harga makanan yang sudah dilakukan sejak tahun 1960an. Lalu program ini diperbarui pada 2011 dengan cara subsidi berdasarkan bobot makanan yang dikirimkan ke komunitas-komunitas Arktik.
Â
Namun Auditor Umum Kanada Michael Ferguson mengatakan bahwa Departemen Urusan Masyarakat Pribumi Kanada tidak memiliki tujuan komunitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Program tersebut hanya melihat para penerima subsidi versi lama, sementara bagian utara dikesampingkan.Â
Â
“Akibatnya, ada komunitas lainnya yang terpencil di utara tidak diuntungkan dengan subsidi ini. Di wilayah ini, makanan bernutrisi yang terjangkau menjadi masalah,” kata Ferguson.
Â
Mablick sendiri mengaku tidak pernah makan kenyang selama satu minggu. Kantung teh di tekonya telah berkali-kali digunakan, untuk berhemat. Secangkir teh panas membantunya menghangatkan badan dan mengurangi lapar.
Â
Dia mengaku sudah tidak bekerja sejak Oktober. Mablick adalah seorang pemahat tradisional yang terpaksa berhenti bekerja karena cuaca terlalu dingin. Akhirnya, dia harus menjual satu per satu barangnya demi menghidupi keluarganya.
Â
“Hampir semuanya suda kami jual, perhiasan, pahatan, apa saja,” kata Mablick.
Â
Untuk mengatasi kelaparan, Koalisi Keamanan Pangan Nunavut yang terdiri dari organisasi Inuit, komunitas sosial dan industri, mendorong warga untuk berburu. Praktik ini adalah cara tradisional yang dilakukan oleh suku Inuit di masa lampau, yaitu berburu hewan seperti rusa kutub, anjing laut atau ikan paus untuk diambil dagingnya. (vany)