Nasib masih bisa diperbaiki sesuai dengan kadar usaha, kesungguhan dan doa, tentunya
———
Lipsus Hari Kartini 2020 (Bagian 4)
ALLAH SWT punya cara sendiri untuk membimbing umatnya. Tidak semua orang mengerti, karena kehendak-Nya selalu tidak bisa dijalankan dengan logika. Manusia boleh menyusun strategi, merancang metoda, menyusun planning dengan seksama, tapi jangan lupa, pasrah berserah diri kepada Allah tetap harus tertuang pada pion terakhir. Sebab Dia-lah Maha Penentu dan Maha Mengabulkan.
Prinsip ini di pakai oleh Kartini, SKM dalam menjalankan bisnisnya. Menurutnya, manusia mempu mengeluarkan kadar kemampuannya hingga 99%. Tapi tetap 1% merupakan kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, segala sesuatu yang tak pernah dibayangkan akan terjadi begitu saja.
“Makanya, setelah berusaha, dengan memberikan yang terbaik, baik untuk kita maupun orang lain, harus diselesaikan dengan keikhlasan, sebagai makna penyerahan diri kepada Sang Pencipta,” katanya.
Dalam kehidupan Allah juga punya hitungan matematika sendiri. Misalnya dalam hal berbagi (sedekah, infak dan lain-lain). Dia menyontohkan, dalam hitungan matematika biasa saat kita memberikan 1 maka kita berharap balasan (dapat 1)-(1/1=1). “Biasanya kita berharap orang yang kita tolong juga akan memberikan pertolongan kepada kita. Dapat nggak? Dapat. Tapi ingat, hanya satu,” jelasnya.
“Hasrat sebagai manusia tentu berlebih. Misalnya kita memberi satu, tapi berharap balasan banyak. Memberi satu tapi berharap balasan 10. (1/10=0,1).”
Lain hal dengan matematika Allah. Punya cara kerja lain, dan hasilnya tak pernah dibayangkan. Ketika memberikan satu, kemudian tidak berharap orang lain akan membalas, berserah diri kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan membalas. Kita tidak pernah tahu, berapa jumlahnya, kapan waktunya. Maka rumusnya kira-kita seperti ini (1/0=~), hasilnya tidak terhingga.
“Saya percaya ketika kita memberikan satu dengan ikhlas, maka Allah akan menggantikannya dengan ratusan kali lipat, bahkan jumlahnya sampai tidak terhingga.”
Tidak semua orang bisa menguasai ilmu ikhlas, karena memang itu sulit. Oleh sebab itu, banyak hal yang harus kita perbaiki dalam kehidupan. Seperti meninggalkan kebiasaan negatif, membangun pikiran positif, berada dilingkungan yang baik. Bahkan untuk menjadi seorang enterpreneur, kita harus berteman dengan orang-orang yang mendukung, dengan kata lain menyeleksi orang-orang di sekitar kita.
Tinggalkan Zona Nyaman
Meninggalkan zona nyaman adalah sebuah pilihan yang sulit. Hanya orang-orang pilihan yang bisa mendapatkan itu. Keputusan ini berisiko? Pasti. Sementara hasil yang diharapkan belum ada jaminan akan terwujud.
Bagi Kartini, meninggalkan zona nyaman bukan sebuah keterpaksaan. Tapi pilihan. Sebab menjadi pengusaha lebih besar tantangannya, dan lebih besar hasilnya.
Kartini ingin menciptakan zona nyaman baru di luar dirinya sebagai seorang abdi negara (PNS). Jatuh bangun di awal-awal adalah sebuah risiko yang harus dihadapi.
“Saya telah berhasil menciptakan zona nyaman yang baru, bagi saya.”
Semua itu dia nikmati tanpa beban, justru menjadi pemicu bagi dirinya untuk memperbaiki diri dengan belajar menghadapi segala kemungkinan. Tujuannya hanya satu, “Keluar dari zona nyaman kecil, untuk berada di zona nyama yang lebih besar.”
Ini salah satu prinsip yang sampai hari ini dipegang erat oleh Kartini. “Kalau kesuksesan bisa diraih dalam waktu hitungan tahun. Mengapa harus mengunggu hingga puluhan tahun.”
Sekali lagi, ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan dan strategi. Bagaimana dengan hasilnya? 100% Allah yang menentukan. Lantas mengapa keyakinan sukses ada pada usaha (bisnis).
Rasullullah SAW mengatakan, dari 10 pintu rezeki, sembilan diantaranya adalah dagang (wirausaha). Inilah yang menguatkan Kartini untuk keluar dari zona nyaman dan menciptakan zona nyaman yang baru.
Terbukti dalam waktu lima tahun, dia sudah berhasil mengembangkan kliniknya menjadi rumah sakit, membangun panti asuhan, mendirikan sekolah.
Saat ini Kartini juga mengelola dua restoran dengan omzet menggiurkan. “Saya telah berhasil menciptakan zona nyaman yang baru, bagi saya,” ucapnya.
Para perempuan di luar sana telah banyak membuktikan bahwa kondrat mereka sebagai wanita tidak jadi penghalang dalam meraih mimpi. Wanita-wanita sebenarnya punya daya yang sama dengan lelaki, meskipun ada batasan-batasannya.
Bukan ini cita-cita ibu Kartini, pahlawan wanita yang berjuang agar kaum hawa punya derajat sama dari sisi kehidupan. Diperingati hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April pada tiap tahunnya, sejatinya menyadarkan perempuan bahwa mereka selalu punya kesempatan yang sama untuk sukses. Sebab sukses milik siapapun bagi mereka yang mau berusaha untuk meraihnya.
Tuhan telah membekali pada diri manusia dengan segenap kemampuan dan potensi yang luar biasa. Kenyataan hidup bahwa masing-masing kita membawa garis takdir yang telah ditetapkan-Nya. Namun nasib bukan takdir.
Nasib masih bisa diperbaiki sesuai dengan kadar usaha, kesungguhan dan doa, tentunya.
Mencapai puncak kesuksesan dan kebahagiaan dalam kehidupan butuh proses, kesabaran, perjuangan, kesungguhan dan kemampuan menghadapi berbagai hambatan. Orang-orang yang bangkit setelah deretan kegagalan, pasti akan terus berkembang.
Ibarat pepatah: Bersakit dahulu, bersenang kemudian. Uangkapan ini bukan sebatas kalimat yang selalu kita dengar saat belajar Bahasa Indonesia di kelas. Tapi pengangan hidup yang butuh diresapi dengan penuh keyakinan. Kartini berpesan kepada segenap perempuan, bahwa, “Ujung dari kesusahan, adalah kebahagiaan.”
(bpc3) – Bersambung…