BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Terkadang seorang pemimpin baru lahir tiap 1 kali dalam 100 tahun.
Namun, jiwa kepemimpinan atau leadership dapat dibentuk secara konsisten dan berkelanjutan.
Calon pemimpin bisa dipersiapkan, itu yang diisyaratkan Riza Pahlefi, sorang anak jati Bengkalis yang pernah menduduki jabatan birokrat, partai, budayawan, dan seniman ini.
“Saye tu,… sejak SD biasalah seperti anak lainnya, begitu juge saat SMP, SMA Jurusan Biologi, dan kuliah di FMIPA Jurusan Matematika Universitas Riau. Namun saye dah ikut Gerakan Pramuka mang sejak SD itulah.”
“Dari sekolah yang saye jalani. Kita tidak pernah bersentuhan dengan ilmu komunikasi, manajemen, public speaking, dan manajemen organisasi, tidak pernah secara teoritis,” kata Riza di kediamannya Jalan Kertapati Tengah Bengkalis awal Juli 2020 lalu.
Riza, yang memiliki pengalaman leadership mulai dari Pramuka Siaga ini, pernah menjadi Wakil Pimpinan Barung (satuan terkecil Pramuka Siaga), dan Sulung (pimpinan Barung Utama.)
Sementara di Penggalang, ia pernah jadi Wakil Pimpinan Regu (satuan terkecil Pramuka Penggalang), Pimpinan Regu, dan jadi Pratama (Pimpinan Regu Utama).
Berlanjut pada masa Pramuka Penegak, dia dipercayakan sebagai Pradana (ambalan penegak yang beranggotakan 32 orang ambalan. Haya di masa kuliah ia tak melanjutkan Pramuka Pandega. “Saye nak fokus kuliah lah aku cakap dengan emak abah,” kenang Riza.
Dasar Pramuka Jadi Pemimpin Rakyat
Lucunya, saat kuliah Riza kembali berorganisasi, “Akhirnya terjerumus di organisasi kampus, di organisasi mahasiswa FMIPA.”
“Saat kita mengelola satuan terkecil 10 orang, mengelola satu pasukan (gabungan satuan Regu Penggalang), dan setelah terjun ke masyarakat, ternyata sangat bermanfaat. Mengelola organisasi sudah dibiasakan. Sehingga berdiri di depan orang sudah tak asing lagi,” ujarnya.
Dalam karirnya Riza pernah dipercaya sebagai ketua partai, menjadi Wakil Bupati Bengkalis (2000-2005), dan menjadi Ketua DPRD Bengkalis (2005-2010). “Ilmu leaderhip-nya saye dapat saat aktif di Gerakan Pramuka”, kata lelaki yang lahir di Sepaltpanjang 23 oktober 1968 ini.
Anak pertama tiga bersaudara pasangan Encik Thohir Nontell, dan Raja Hawa Yunus ini menulis mandiri buku Bengkalis Negeri Jelapang Padi (2017).
Itu merupakan sebuah karya yang yang menasbihkan, penolakan keterhapusan Bengkalis dari fakta kediriannya, kata budayawan dan pemerhati buku Syaukani Al Karim. (bpc5)