BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kemunculan Soeharto dalam penumpasan G30S bukan kebetulan, tapi bagian setingan AS. Kenyatannya Jenderal Ahmad Yani dan Nasution memang tidak setuju ancaman komunis, tapi masing-masing mereka masih bersabar dengan langkah presiden.
Sebagaimana Soekarno, juga menganggap PKI sebagai bagian komponen bangsa. Hal ini diutarakan oleh Dr. Mhd Saeri, M.Hum, dosen Fisip HI Universitas Riau saat berdiskusi dengan bertuahpos.com di kediamannya pekan ketiga September 2020 lalu.
Faktanya di Tangan Soekarno, PKI besar
Dubes AS Howard Jones berusaha menarik Bung Karno lepas dari pengaruh PKI, tapi berdasarkan laporan Washington, usaha ini gagal. Jika Bung Karno terbunuh, maka PKI akan mengambil alih kekuasaan.
Sementara AS berkepentingan mempengaruhi peristiwa politik di indonesia, karena persaingan ideology. Dan militer AS melawan Uni Sovyet (sekarang Rusia), di era perang dingin.
Kepada Jones, Soekarno saat di Istana Merdeka menuturkan rasa curiga atas intervensi politik AS pada politik dalam negeri Indonesia (laporan majalah Angkasa edisi koleksi CIA — Dinas Rahasia Paling Berpengaruh di Dunia; hal 57 (2010).
“Soekarno dalam kondisi ini menggertak Barat, sehingga sedikit mepet ke blok Timur. Geo politiknya kira-kira begitu. Karena Soekarno menyadari, dia tidak kuat sendiri berhadapan dengan barat,” ulas Saeri.
“Karena itu, harus mepet blok Timur (Sovyet). Namun konsekuensinya komunisme dalam negeri justru terbesarkan. Mau tidak mau, sejarah tidak bisa ditolak, di tangan soekarno PKI itu besar,” sambung lulusan doktor Hubungan Internasional UKM ini (2017).
Back up CIA di Belakang Soeharto
CIA diduga tidak hanya memberi informasi pada Soeharto, tapi juga mendorong PKI melakukan aksi tanggal 30 September itu. Tanggal itu memang diciptakan untuk PKI sendiri.
Ini penting bagi CIA. Karena kudeta itu pasti dilakukan PKI, dan keuntungan bagi Soeharto, Pertama kapan dia mau jadi pimpinan kalau jenderal senior tidak digeser? Kudeta memangkas itu.
Kedua; Karena jendral senior tadi terlalu akomodatif terhadap Soekarno, sementara Soeharto tidak sepakat tentang hal itu. Dan di Kostrad, dia punya pasukan.
Ketiga; Terjadi pembiaran. Jenderal di pinggirkan, PKI disikat. Itu analisisnya, persoalan benar atau tidak hanya Soekarno yang menjawabnya. (bpc5)