BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Meski dihantam dengan pandemi Covid-19, kinerja industri otomotif di Tanah Air masih patut diacung jempol, meski secara umum memang mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kondisi saham otomotif di pasar bursa.
Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara nasional dari pabrikan ke diler (wholesales) di pasar domestik mencapai angka 532.027 unit pada tahun 2020.
Sementara penjualan dari diler ke konsumen (penjualan ritel) mencapai 578.327 unit tahun lalu.
Apabila dibandingkan dengan realisasi wholesales 2019 yang mencapai 1.030.126 unit, realisasi wholesales di tahun 2020 menurun 48,35%. Sementara penjualan ritel nasional di tahun 2020 tergerus 44,55% dari realisasi 2019 yang sebesar 1.043.017 unit.
Menurut Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, capaian penjualan otomotif pada tahun 2021 akan lebih baik daripada tahun 2020 sejalan dengan ekonomi yang berangsur kembali pulih.
“Dengan demikian, kemampuan konsumen dalam membeli kendaraan tentu dapat meningkat,” katanya sebagaimana dikutip dari kontan.co.id, Minggu, 17 Januari 2021.
“Ditambah juga mobil listrik yang mulai merambah di pasaran dengan harga yang cenderung cukup terjangkau menjadi daya tarik tersendiri,” ungkap Chris.
Namun Chris mencatat, ada beberapa tantangan untuk sektor otomotif, yakni salah satunya dari sisi perbaikan ekonomi. Selain itu, infrastruktur untuk mendukung mobil listrik yang diharapkan dapat membantu menciptakan iklim yang baik bagi perkembangan mobil listrik ke depannya juga jadi tantangan sendiri untuk sektor ini.
Dari jajaran saham-saham otomotif, Chris menilai saham PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS), PT Astra International (ASII), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) masih cukup menarik.
Saham IMAS, GJTL, dan AUTO terbilang masih cukup murah dengan masing-masing price to book value (PBV) 0.7 kali, 0.48 kali, dan 0.55 kali.
Sedangkan jika dianalisis dari sisi kinerja, dengan kembali membaiknya ekonomi ASII sebagai market share terbesar tentu akan memberikan dampak positif.
“GJTL dengan meningkatnya penjualan mobil serta kondisi harga karet saat ini tentu dapat memberikan kinerja yang baik di tahun ini,” tutur Chris.
Chris memberikan rekomendasi buy untuk saham IMAS target harga Rp 1.800 per saham, ASII dengan target harga Rp 8.000 per saham, saham AUTO dengan target harga Rp 1.400 per saham, dan buy saham GJTL dengan target harga Rp 1.500 per saham.
Pada penutupan perdagangan Jumat 15 Januari 2021, saham IMAS melemah sebesar 2,87% ke harga Rp 1.525 per saham, ASII ambles 2,95% ke harga Rp 6.575 per saham, AUTO melemah 1,28% ke harga Rp 1.160 per saham, dan GJTL minus 1,16% ke harga Rp 850 per saham.
Menurut Chris, faktor yang menyebabkan saham-saham automotif melemah pada Jumat (15/1) lantaran memang saham-saham ini sudah naik signifikan, sehingga wajar saja jika ada koreksi sehat.
“Rilis data penjualan yang melemah kurang relevan jika dikaitkan dengan penurunan harga saham emiten automotif, dimana penurunan di tahun 2020 terletak di awal tahun sedangkan di akhir tahun penjualan mulai kembali meningkat,” tuturnya. (bpc2)