BERTUAHPOS.COM — Bank Indonesia (BI) mengambil langkah untuk memperkuat nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS dengan menaikkan suku bunga acuan hingga 6,25 persen.
Sejauh ini, langkah tersebut dianggap gagal dengan kurs rupiah, yang tetap saja lemah. Menurut Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, “…bahwa penguatan dolar AS berdampak negatif pada kehidupan rakyat.”
Kata Anthony, merosotnya nilai rupiah hingga mencapai Rp17.000 per dolar AS memiliki konsekuensi serius terhadap APBN dan ekonomi nasional.
Tak habis sampai di situ, kondisi seperti ini juga akan membuat beban bunga dan utang luar negeri pemerintah membengkak. Termasuk subsidi seperti BBM, listrik, elpiji, dan pupuk juga akan melonjak.
Kenaikan kurs dolar juga membuat utang luar negeri pemerintah dan BI membengkak, yang pada akhir 2023 mencapai 210 miliar dolar atau setara dengan Rp210 triliun.
Jika kurs dolar tetap tinggi, utang pemerintah diprediksi akan mencapai Rp10.000 triliun pada akhir tahun ini.
Dampak lainnya adalah peningkatan harga barang atau inflasi, yang akan menekan daya beli dan pertumbuhan ekonomi.
Jika intervensi BI tidak berhasil, masyarakat harus siaga menghadapi suku bunga yang lebih tinggi, yang dapat menekan perekonomian nasional.
“Kemungkinan pemerintah akan mengurangi subsidi energi seperti BBM, listrik, dan LNG, serta menaikkan tarif pajak PPN,” katanya.
Pada perdagangan Selasa, 30 April 2024, kurs rupiah di pasar spot ditutup di Rp16.255 per dolar AS, dengan melemah tipis 0,02 persen dibandingkan hari sebelumnya, dan melemah 2,53 persen sepanjang April 2024 dari Rp15.857 per dolar AS pada akhir Maret 2024.***
Sumber: Inilah.com