BERTUAHPOS.COM — Jika kamu adalah seorang orang tua, maka kamu ‘haram’ untuk mengucapkan lima kalimat ini kepada anak, menurut seorang ahli saraf klinis Dr. Caroline Leaf.
Membangun rasa percaya diri pada anak memang tidak mudah dan butuh waktu. Sementara kalimat negatif yang ditujukan kepada anak dapat menurunkan bahkan menghilangkan rasa percaya dirinya.
Dr. Caroline Leaf mengungkapkan bahwa dirinya telah menemukan cara khusus agar orang tua bisa menanggapi perasaan anak-anak, dan dampaknya tentu akan sangat besar.
“Terutama berdampak terhadap bagaimana cara mereka memproses dan memahami kehidupan,” katanya, dikutip dari CNBC International.
Leaf juga menurutku bahwa ada lima frasa kalimat yang memang tak pernah diucapkannya kepada anak. Adapun kelima kalimat itu adalah:
Kamu sangat jahat.
Kalimat ini sering dilontarkan oleh orang tua saat anak menghadapi kehilangan kesadaran diri karena tekanan emosi, kemarahan, rasa cemas, mengasihani diri sendiri, atau keputusasaan.
Saat dihadapkan pada situasi ini, anak-anak sebenarnya tidak jahat, tapi mereka hanya mengalami krisis identitas yang mana jika dibiarkan, hal ini akan meningkatkan rasa malu anak pada taraf yang lebih tinggi, sehingga menurunkan rasa percaya dirinya.
“Dampak jangka panjang tentu saja akan berpengaruh pada kesehatan mental,” tuturnya.
Saat anak berjuang, sebagai orang tua tak boleh mengambil sikap menuduh karena emosi yang anak luapkan hanya bentuk respon atas apa yang telah mereka alami.
Tapi, secara jelas bertanyalah kepadanya, “Apakah kamu sedang frustasi? Karena tak biasanya kamu seperti ini. Ceritakan apa yang kamu alami? Ibu akan bantu menyelesaikannya.”
Jangan katakan “Kamu berlebihan”
Terkadang, orang tua seringkali tak setuju dengan ucapan-ucapan anak. Namun mengabaikan perasaan mereka berpotensi merusak masa depannya.
Jika memang orang tua membutuhkan waktu untuk memproses apa yang anak ucapkan, saran Leaf, sebaiknya hentikan dulu. Jangan paksakan masalah diselesaikan saat itu juga karena cenderung akan menemukan jalan buntu.
Menurut pengalamannya, Leaf selalu mempertahankan kontak mata dan mengontrol bahasa tubuhnya. Sebab anak sangat mahir membaca bahasa nonverbal. Bahkan dari tatapan mata saja mereka tahu kalau mereka akan dimarahi. Hal ini cenderung akan membuat mereka enggan untuk berbicara.
Sebaiknya katakan kepada anak, “Ibu mau menenangkan diri. Kita istirahat dulu, nanti kita bicarakan lagi.”
Itu tidak terlalu buruk. Kamu pasti bisa mengatasinya.
Jika anak dihadapkan pada satu masalah yang menurutnya berat, namun seringkali bagi orang tua itu hanya masalah kecil yang seharusnya bisa diatasi oleh anak.
Hal ini cenderung membuat mereka merasa tidak nyaman dan menganggap ada yang salah dengan diri mereka sehingga tak bisa menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebagai orang tua kita bukanlah ahli dalam dalam pengalaman orang lain, bahkan terhadap anak kita sendiri. Jika memang anak ingin mengutarakan sesuatu tentang hal yang dialaminya, berusahalah menjadi seseorang dengan rasa penasaran yang tinggi.
Saat-saat seperti ini bisa saja jadi pelajaran berharga bagi orang tua dan menjadi kesempatan kita untuk menunjukkan rasa empati kepada anak. Ucapkan, “Apa yang bisa ibu bantu, nak?”
Berhentilah menangis
Seringkali orang tua uring-uringan saat mendengarkan anak mereka menangis. Padahal menangis merupakan mekanisme neurobiologis yang dapat membuat anak-anak merasa lega atas emosi yang terpendam dan menumpuk di pikirannya
Menangis adalah alat paling efektif untuk mencegah terjadinya tekanan emosi dan akan sangat bagus untuk kesehatan mentalnya.
Cara yang bisa dilakukan orang tua yakni dengan mengalihkan fokus anak, seperti anak mereka jalan, melakukan kegiatan yang mereka senangi dan melakukan hal-hal yang membuat mereka mau mengatakan sesuatu tentang apa yang mereka alami.
Semua ini dilakukan tak lain untuk memberikan rasa nyaman kepada anak setelah mereka didera sesuatu yang membuat emosinya meluap.
Berusahalah untuk membujuknya, katakan kepada anak, “Kamu ingin apa? Ayo kita lakukan.”
Pokoknya ibu bilang nggak boleh
Orang tua membangun harus memberikan batasan kepada anaknya, terutama terhadap hal – hal yang berpotensi negatif terhadap tumbuh kembangnya.
Namun, batasan-batasan yang diberikan kepada anak harus disertai dengan alasan yang masuk akal menurut anak. Hal ini mungkin akan sulit dilakukan orang tua yang tidak komunikatif dengan anaknya.
Jika larangan atau batasan itu diberikan tanpa disertai dengan alasan akan membuat anak kebingungan. Pada tahap ini rasa ingin tahu anak jadi memuncak sehingga dia akan mencoba melakukan larangan itu tanpa sepengetahuan orang tua.
Orang tua bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menjadikan anak dewasa. Jadi, jangan beri perintah, tapi jadikan kesempatan itu untuk mengajarkannya tentang suatu hal agar dia lebih siap menghadapi masa depan.
Misal kita melarang anak untuk jajan berlebihan, beri alasan yang masuk akal dan jadikan itu sebagai momentum baginya untuk belajar menabuh. Begitu juga dengan hal-hal lainnya.
Katakan kepada anak, “Ibu tak mau memanjat pohon karena berbahaya. Jika jatuh akan melukai diri sendiri.”
Itulah kelima kalimat yang tak boleh terucap pada anak menurut Leaf. Semoga artikel ini membantu para orang tua dalam mendidik anak untuk kebaikannya di masa depan.***