BERTUAHPOS.COM — Viscose-rayon—dikenal dengan kain semi sintetis—adalah jenis material tekstil terbuat dari serat selulosa yang terkandung dalam pulp kayu. Tampilan dan tingkat kelembutannya seperti sutera. Kemampuan menyerap dan mempertahankan warna, memungkinkan memberikan tingkat kecerahan yang kaya.
Dalam buku berjudul; Bankit dan Runtuhnya Perusahaan-Perusahaan Besar: Courtaulds dan Pembentukan Ulang Industri Serat Buatan Manusia, disebutkan bahwa rayon pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Prancis pada akhir abad ke-19. Lalu, dikomersilkan oleh perusahaan asal Inggris, Courtaulds Fiber. Produksi massalnya baru dimulai pada abad ke-20, ketika kain ini menjadi kian populer karena sifatnya yang serbaguna. Namun di Eropa, kain itu dikenal dengan sebutan viscose (Owen, Geoffrey, 2010).
Viscose memberikan kenyamanan dan kelembutan yang memungkinkan bagi kulit “untuk bernafas”. Bahan ini menjadi pilihan ideal sebagai bahan dasar pembuatan pakaian, dan nyaman digunakan sehari-hari.
Menurut Corpotare Communication Head RAPP, Aji Wihardandi, viscose diperoleh dari jenis kayu yang cepat tumbuh, seperti akasia, eucalyptus ataupun bambu.
“Proses produksinya melibatkan campuran selulosa dengan larutan kimia sehingga berbentuk seperti pasta kental, lalu dipintal menjadi serat, dan diolah menjadi benang,” katanya.
Kain ini memiliki berbagai keunggulan, seperti; mudah menyerap, ringan, memungkinkan udara untuk bersirkulasi, lembut, mudah menyatu dengan bahan tekstil lain, tidak cepat pusat, dan sangat ramah lingkungan. Cocok untuk digunakan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia.
“Jika berada di tanah, atau di tempat yang ada bakteri pengurainya, maka viscose akan terurai dalam waktu 21 hari,” kata Head Corporate Communication APR, Djarot Handoko.
Menurut data yang diterbitkan oleh Fortune Business Insights, pasar serat viscose pada tahun 2023 mencapai USD 16,61 miliar dan diperkirakan akan tumbuh dari USD 21,17 miliar pada tahun 2024.
Bahkan, pasar serat viscose akan semakin digemari di masa depan. Nilainya permintaan pasar diperkiraan mencapai USD 40,26 miliar pada tahun 2032, dengan CAGR (tingkat pertumbuhan per tahun selama rentang periode waktu tertentu) sebesar 8,4% selama periode tersebut.
Sejauh ini, Asia Pasifik mendominasi pasar serat viscose, dengan menguasai 76,4% pangsa pasar pada tahun 2023.
Asia Pacific Rayon (APR)—bagian dari Royal Golden Eagle (RGE)—merupakan salah salah satu produsen viscose terintegrasi terbesar di Asia. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 2019 di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Menurut Presiden Direktur APR, Basrie Kamba, per tahunnya APR mampu memproduksi sebanyak 300.000 ton viscose-rayon, dan telah diekspor ke lebih dari 20 negara di seluruh dunia, termasuk ke pasar tekstil utama seperti Bangladesh, Pakistan dan Turki.
Serat berkualitas tinggi yang berasal dari 100% serat kayu alami dan terbarukan, dikelola dengan konsep lestari dan berkelanjutan. “Pohon akasia dan eucalyptus akan tumbuh kembali dalam siklus lima tahunan, sehingga jaminan ketersediaan bahan baku tetap konstan,” katanya.***