BERTUAHPOS.COM – Tekanan indutri tekstil domestik (dalam negeri) makin kuat. Apalagi saat ini, produksi tekstil China surplus sehingga negara itu sudah pasti akan memanfaatkan pasar luar negeri. Indonesia menjadi salah satu sasarannya.
Menurut Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, mengungkapkan bahwa surplus produksi di dalam negeri China semakin dimanfaatkan oleh negara tersebut untuk menguasai pasar luar negeri.
Dilansir dari Bloomberg Technoz, Rabu, 10 Juli 2024, Reni menjelaskan bahwa kondisi ini akan semakin menekan sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.
“Surplus produksi dalam negeri China menjadi perhatian kita, karena ketika China memaksimalkan pasar luar negerinya dan Indonesia menjadi salah satu tujuan utama. Ini juga yang menyebabkan pertumbuhan kita melambat dan terjadinya impor luar biasa,” paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta.
Kementerian Perindustrian mencatat bahwa puncak kinerja terbaik industri TPT terjadi pada 2019 dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 15,35%.
Namun, sejak 2020 hingga 2024, industri ini mengalami berbagai tantangan, mulai dari pandemi Covid-19, kondisi geopolitik akibat invasi Rusia ke Ukraina, hingga inflasi di Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Reni menambahkan bahwa sejak awal 2020, industri TPT mengalami penurunan akibat penjadwalan ulang pengiriman pesanan dan pembatalan oleh buyer dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dampak invasi Rusia ke Ukraina pada 2023 juga turut memperlambat kinerja industri ini.
Selain itu, penerapan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.8/2024 sejak 17 Mei 2024 juga memicu lonjakan produk impor TPT. Menurut data Kemenperin, impor mengalami kenaikan dari 136,36 ribu ton pada April 2024 menjadi 194,87 ribu ton pada Mei 2024.
Di saat yang sama, negara-negara seperti India, Turki, dan Vietnam memberlakukan restriksi perdagangan melalui tarif antidumping dan safeguard, serta kebijakan hambatan nontarif seperti quality control order (QCO) oleh India.
Reni juga menyoroti pentingnya kerja sama perdagangan IEU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang belum ditandatangani. “Harapannya, ketika IEU-CEPA ini ditandatangani untuk produk TPT, kita bisa mendapatkan referensi tarif untuk masuk ke negara-negara IEU-CEPA ini,” tutupnya.***