BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Lukis bakar kayu atau pirografi, memang hal baru di Pekanbaru. Para pengrajin lukis bakar di Kota Bertuah masih bisa dihitung jari.
Pirografi adalah seni dekorasi dari kayu atau bahan lain dengan cara membuat gambar dari hasil pembakaran.
Di Eropa, penggunaan teknik pirografi berkembang di Rumania dan Hungaria, termasuk di Argentina (Amerika Selatan).
Di Indonesia, pirografi sudah sangat populer di Jawa. Namun di Riau, karya seni ini masih tergolong minim, sehingga menjanjikan peluang usaha yang menguntungkan, karena karya karyanya unik.
“Lukis bakar itu unik. Karya yang dihasilkan sangat cocok untuk dijadikan hiasan interior ruangan, seperti untuk rumah, kafe dan hotel,” kata Owner Wood Craft Rumbai, Heru Ramadhan.
Mantan karyawan ritel swasta ini mengatakan, lukis bakar kayu mampu menghadirkan karya unik karena hasilnya seperti sketsa.
Namun garis hitam dari sketsa itu tidak dihasilkan dari tinta, melainkan dari hasil pembakaran kayu.
Heru menyebut, alat utama yang digunakannya untuk membuat karya adalah solder yang terhubung dengan alat pengatur suhu.
Alat ini, kata dia, juga sudah banyak dijual di pasaran, walaupun harganya masih tergolong tinggi. “Saya saja beli alatnya nyicil,” kata Heru.
Selain solder, kata dia, media menggambar juga perlu diperhatikan. “Usahakan bidang yang halus dan warnanya putih. Tujuannya untuk mempertegas hasil karya,” jelasnya.
Adapun media menggambar paling ideal untuk lukis bakar, adalah triplek atau kayu yang sudah diserut dan dihaluskan bidang permukaan.
Bersenjatakan solder dengan suhu yang dapat diatur, Ramadhan menciptakan karya-karya luar biasa dengan medianya yang berupa triplek bahan putih mulus.
“Untuk memudahkan proses menggambar, kita juga perlu menyiapkan mal, atau bentuk gambar yang akan kita tiru, karena sedikit kesalahan saja, kita akan ngulang dari awal.”
“Tapi kalau memang sudah jago gambar, mungkin nggak perlu pakai mal,” ujar Heru.
Untuk satu karya seni dengan tingkat detail yang tinggi memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Proses kreatifnya memakan waktu sekitar dua hari, tergantung pada seberapa rumitnya bagian-bagian detail.
“Terutama seperti mata dan bagian rambut yang membutuhkan perlakuan khusus,” terangnya.
Tidak hanya karya yang menjadi pertimbangan, tingkat kerumitan tadi turut berkontribusi terhadap harga untuk satu karya.
Misal, ukuran 50×50 cm, dijual seharga Rp800.000, tergantung tingkat kerumitan setiap karya.
Heru Ramadhan merupakan salah satu seniman yang berhasil membuktikan bahwa seni lukis tak cuma diaplikasikan pada kanvas dengan cat dan tinta.
Untuk Keberhasilan dari seni lukis dalam hal menjajal pasar bisnis, sangat mengedepankan inovasi dan kreativitas.
Pelukis bukan hanya berpikir tentang objek apa yang akan dilukisnya, tapi bagaimana dia berhasil memanfaatkan sarana yang ada, untuk menghasilkan sebuah karya yang memukau.***