Dari sekian juta orang yang terpapar corona, ada saja pengalaman unik menggelikan. Pertanyaannya, bukan dari siapa mereka terpapar virus corona? Tapi sudah kah kita ketat disiplin protokol kesehatan?
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pagi itu, sekitar awal April 2021 (sebelum Bulan Ramadhan), Muhammad Abdi (40) duduk santai di sebuah kursi plastik di beranda rumah kontrakannya di Jalan Hang Jebat, Sail, Pekanbaru. Dia menikmati secangkir kopi sambil berjemur. Ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.
Saat itu, tak ada yang berbeda dengan kondisi fisik tubuh Abdi. Dia tidak merasakan sakit, demam, batuk, atau gejala lainnya. Namun memang, sejak 2 hari sebelumnya ada yang tak nyaman di tenggorokannya, tapi tidak batuk. Hingga habis setengah gelas kopi itu, saat dia kembali menyeruput Abdi tersadar, kalau kopi itu rasanya hambar.
“Saya coba lagi, kok nggak ada rasanya? Saya cium, juga tak ada aroma apapun. Langsung saya ingat dengan gejala covid-19. Apa mungkin saya positif ya?.” Pertanyaan itulah yang terus bermain di kepalanya ketika itu.
Abdi sempat berfikir untuk tidak menceritakan apa yang dia alami kepada siapapun, termasuk kepada istri dan anaknya. “Saya takut mereka panik,” katanya. “Tapi tak baik juga saya menyimpan hal yang berbahaya. Ini pasti berisiko bagi mereka, karena setiap hari saya berkontak erat dengan keluarga.”
Setelah menimbang, tanpa pikir panjang, Abdi mengenakan kemeja dan pamit kepada Istrinya. Saat pamit itu dia berbisik kepada sang Istri kalau dia mau ke rumah sakit, lalu menceritakan apa yang dia alami. Beruntung, di keluarganya di rumah termasuk disiplin, terutama dalam hal mengenakan masker dan mencuci tangan.
Setibanya di salah satu rumah sakit di Jalan A Yani Pekanbaru, dia menceritakan keluhannya kepada tenaga medis, dan diputuskan langsung diswab. Selama menunggu hasil keluar, dia dirawat di rumah sakit itu. Keesokan harinya, hasil tes usap keluar dengan hasil positif covid-19.
Carita Putra Terpapar Corona
Cerita lain datang dari Putra (24), seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Pekanbaru. Menurut ceritanya, selama ini dia beraktivitas seperti biasa, dan lebih banyak berada di rumah, sejak aktivitas kuliah dialihkan secara daring.
Pada suatu ketika, tubuh Putra agak meriang. Sudah menjadi kebiasaannya jika dalam kondisi seperti itu, dia mengonsumsi vitamin. Benar saja. Rasa meriang berangsur pulih dan tubuhnya fit kembali.
Lalu, 3 Hari setelah itu, Putra menghadiri sebuah acara seminar secara virtual di sebuah kafe di bilangan Sudirman, Pekanbaru. “Karena seminarnya hampir setengah hari, saya pakai wifi di kafe itu. Awalnya juga nggak sadar. Pas sadar penciuman sudah hilang,” katanya bercerita.
“Saya keluarkan parfum dari tas, lalu dicium. Ternyata nggak keciuman sama sekali. Saya coba menekan ujung parfum lebih dalam ke hidung, ada aromanya tapi dikit,” ujarnya.
Mumpung masih online, Putra langsung search di internet tentang covid-19 terkait gejala hilang penciuman. Dari informasi yang dia dapat, selain penciuman, orang yang terpapar covid-19 juga hilang perasa.
“Saya cicip makanan ringan dan kopi yang saya pesan, ternyata tak ada rasa sama sekali. Panik ketika itu. Tapi saya berusaha tenangkan diri, dan langsung ke rumah sakit untuk tes antigen. Hasilnya positif, lalu dilanjutkan dengan swab, dan hasilnya juga positif.”
“Saya beri kabar ke orang tua supaya mereka juga swab. Alhamdulillah di rumah semuanya negatif. Kaget memang, karena ini pertama. Tapi saya berusaha tidak panik agar imun tubuh tetap terjaga. Setelah itu barulah saja diberi vitamin untuk dikonsumsi selama 15 hari, dan sekarang sudah sembuh,” jelasnya.
Disangka Teh Tak Bergula
Pengalaman lebih lucu soal tiba – tiba covid-19, datang dari Jupri (37), seorang buruh bangunan yang berdomisili di Tangkerang, Pekanbaru. “Saya itu kalau minum sukanya yang manis – manis. Setiap pagi saya dibikinin teh manis sama istri,” katanya.
“Pagi itu entah kenapa emosi saya juga kurang stabil. Pas minum teh buatan istri rasanya hambar, kayak nggak ada gulanya. Tentu makin naik emosi saya. Kan selama ini dia (istri) tahu kalau saya suka manis kalau minum. Kok sekarang dia bikin teh malah tanpa gula,” tutur Jupri bercerita.
Tanpa pikir panjang, Jupri melabrak istrinya yang tengah sibuk di dapur. “Saya langsung bilang, ‘kalau gula habis bilang aja. Jangan nyindir – nyindir’. Istri saya mendengar ucapan itu jadi bingung.”
“Kan itu sudah dikasih gula, bang?” ujarnya Istrinya sambil mencicipi teh hangat buatannya itu. “Ini sudah manis kali, bang,” sahut Istrinya.
“Manis apanya?” sahut Jupri.
Istrinya, lalu kembali memasukkan 2 sendok gula ke gelas teh di hadapan Jupri dan mengaduknya. Tanpa banyak bicara Jupri langsung menyeruput teh itu, dan tetap hasilnya tanpa rasa. Seketika itu pula, istrinya berujar ke Jumpi. “Abang covid, ni. Sana lah swab, minimal Andigen,” tutur istrinya.
“Seketika itu saya baru teringat. Panik. Iya juga. Jangan – jangan saya covid-19,” kata Jupri sambil tertawa geli. Dia kemudian menghubungi seorang mandornya untuk meminta izin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Setelah itu dia menuju ke rumah sakit dengan sepeda motor untuk tes Antigen, dan hasilnya positif Covid-19. “2 minggu akhirnya saya di rumah aja, mas,” kata Jupri di akhir ceritanya.
Faktanya, Siapapun Bisa Terpapar Corona
Baik Abdi, Putra dan Jupri, hanya segelintir dari jutaan orang di Indonesia yang kini sudah terpapar virus corona. Setelah melihat ke belakang, memang disadari ada banyak faktor penyebab, dan bahkan itu terjadi tanpa mereka sadari.
Kalau Abdi menduga dia terpapar saat mengantar saudaranya di Bandara SSK II Pekanbaru, sekitar seminggu sebelum penciuman hilang.
Putra, menduga terpapar saat dia melepas masker saat akan makan di sebuah warung nasi yang ketika itu sedang ramai pengunjungnya. Sedangkan Jupri, mungkin saja dari teman-temannya se profesinya di tempat proyek.
Sejak awal mula virus itu mendera, hingga kini, 30 Mei 2021, sudah ada 59.581 orang di Riau positif corona. 5.361 diantaranya diisolasi mandiri, 923 dirawat di rumah sakit, 51.736 dinyatakan sembuh, dan 1.561 lainnya meninggal dunia.
“Intinya memang protokol kesehatan harus selalu diperhatikan di mana saja. Kita tidak tahu dengan siapa kita berkontak, mereka dari mana. Lebih aman memang pakai masker dalam keadaan apapun. Apalagi saat ini. Di tengah jumlah kasus terkonfirmasi sedang tinggi-tingginya,” kata Jupri, mengutarakan pandangannya. (bpc2)