BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Hingga Desember 2021, OJK mencatat stabilitas sektor keuangan dalam kondisi terjaga, dengan kinerja industri jasa keuangan yang terus membaik.
“Hal ini ditunjang dari pengaturan dan pengawasan, serta kebijakan OJK yang solid, serta kondisi perekonomian yang mulai membaik,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam keterangan resmi, Kamis, 20 Januari 2022.
Dia mengatakan, penyaluran kredit sampai Desember 2021, tercatat naik sebesar 5,2 persen (yoy) atau membaik dibanding Desember 2020 yang minus 2,41%.
Sementara itu, risiko kredit masih terjaga di bawah 5% dengan NPL gross 3,00 persen atau membaik dibanding 2020 sebesar 3,06%.
“Rendahnya NPL ini ditopang kebijakan restrukturisasi kredit yang telah diperpanjang hingga Maret 2023 dengan tetap menekankan prinsip kehati-hatian dalam penerapannya,” ujarnya.
Kondisi Restrukturisasi Kredit
Wimboh mengungkapkan, hingga November 2021, nilai outstanding restrukturisasi kredit dalam tren melandai dengan nominal mencapai Rp693,6 triliun yang sebelumnya sempat mencapai Rp830,5 triliun.
Sedangkan jumlah debitur restrukturisasi juga menurun signifikan dari angka tertingginya 6,8 juta debitur, kini menjadi 4,2 juta debitur.
“Dari jumlah tersebut, telah dibentuk pencadangan sebesar 14,85 persen atau sekitar Rp103 triliun untuk restrukturisasi covid-19,” terangnya.
Kondisi Permodalan Perbankan.
Lebih lanjut, kondisi permodalan perbankan sampai Desember 2021 terjaga menguat jauh di atas threshold minimum (12 persen) yaitu sebesar 25,67% dengan likuiditas yang ample, didukung juga dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 12,21%.
Pasar Modal.
Sementara kondisi Pasar Modal telah pulih kembali seperti pada level sebelum masa pandemi yang ditunjukkan dengan IHSG yang sudah mencapai 6.693 pada tanggal 14 Januari 2022.
“Angka ini jauh di atas IHSG pada masa pandemi Covid-19 dimulai pada 2 Maret 2020, yakni 5.361,25. Capaian indeks ini merupakan peringkat ke-3 terbaik di Asia,” terangnya.
Sedangkan kapitalisasi pasar telah mencapai Rp8.252 triliun pada 30 Desember 2021, angka ini merupakan yang terbaik kedua di ASEAN setelah Thailand.
Investor di pasar modal juga melonjak cukup signifikan menjadi 7,5 juta akhir 2021 lalu, yang naik 93% dibanding 2020, yang lebih dari 80% adalah investor milenial.
Untuk penghimpunan dana di pasar modal pun terus meningkat, mencapai Rp363,3 triliun, atau naik 206% dari 2020 silam dan menjadi yang terbaik di kawasan Asia Pasifik.
Kondisi IKNB
Stabilitas IKNB tetap terjaga, didukung oleh permodalan yang kuat. Hal ini ditandai dengan Risk Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa sebesar 539,8%, dan asuransi umum sebesar 327,3% atau jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120%.
“Gearing ratio Perusahaan Pembiayaan juga menurun menjadi 1,98 kali, jauh di bawah batas maksimum 10 kali. Risiko kredit di Perusahaan Pembiayaan terpantau stabil dengan NPF di level 3,53 persen, setelah sebelumnya sempat mencapai level di atas 5% di 2020,” tuturnya.
Hal ini, ditopang oleh kebijakan restrukturisasi pembiayaan mencapai Rp218,95 triliun dari 5,2 juta kontrak pembiayaan yang merupakan 60,1% dari piutang pembiayaan.
Akses Keuangan Digital.
Hingga akhir 2021, akses masyarakat terhadap keuangan digital juga terus meningkat. Seperti; pertumbuhan peminjam peer-to-peer lending mencapai 29,69 juta, meningkat 68,15% dari 2020.
Selain itu, pertumbuhan pemodal securities crowdfunding mencapai 93.733 pemodal sejak diluncurkan pada 2021. Dengan demikian stabilitas sektor keuangan di Tanah Air terpantau stabil dan terjaga. (bpc2)