BERTUAHPOS, PEKANBARU — Ekonom Senior dari Universitas Riau (Unri) Dahlan Tampubolon menilai akan sangat sulit jika pemerintah berharap masyarakat akan bermigrasi, dengan fakta bawah selama ini disparitas harga antar kelompok BBM sangat jauh.
“Biosolar dengan Pertamina Dex sangat jomplang, dimana Biosolar hanya Rp5.150 rupiah dan Pertamina Dex mencapai Rp19.600 rupiah per liter. Bagaimana mungkin kendaraan yang boros akan bermigrasi dengan selisih yang besar ini,” tuturnya kepada Bertuahpos.com, Kamis, 18 Agustus 2022 di Pekanbaru.
Demikian pula dengan harga Pertamax Turbo yang mencapai Rp18.600 dan Pertamax seharga Rp13.000 rupiah. “Hal ini tentu akan membuat pemilik kenderaan berpikir berkali-kali untuk migrasi dari Pertalite ke Pertamax, apalagi ke Pertamax Turbo yang banyak SPBU-nya di Kota Pekanbaru,” sambungnya.
Dia menambahkan, Pemerintah Provinsi Riau harus mengusulkan kepada Pertamina untuk menambah SPBU penyedia BBM Pertamax (oktan 92), guna mengurangi beban penggunaan Pertalite (oktan 90).
“Sebagaimana kita tahu, di Pekanbaru jumlah SPBU yang menyediakan Pertamax masih di bawah 20%, selebihnya hanya terdapat Pertamax Plus dan Pertamax Turbo. Kita pahami bersama, distorsi harga Pertalite dengan Pertamax Plus apalagi Pertamax Turbo sangat jauh, susah untuk mendorong konsumen melakukan migrasi ke BBM non-subsidi. Kalau SPBU penyedia Pertamax merata di seluruh SPBU Riau, keinginan konsumen untuk bermigrasi akan tumbuh karena selisih harga dengan pertalite,” ungkap Dahlan.
Dijelaskan, Pemerintah Kota Pekanbaru harus melakukan pemaksaan kepada angkutan umum dalam kota untuk menyediakan pelayanan yang lebih nyaman dan aman. Selama ini kita lihat, angkutan kota dan bus kota sudah tua dan jauh dari rasa nyaman di dalamnya, sedangkan Transmetro Pekanbaru pelayanannya terbatas pada beberapa trayek utama.
Oleh karena itu, dia turut mendorong PT Pertamina dan pemerintah harus mengubah harga BBM penugasan.***