BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Ketahanan pangan di Riau masih lemah. Hal ini membuat provinsi ini dihadapkan pada kondisi panik inflasi—yang disebabkan melambungnya harga bahan masyarakat, terutama komoditi cabai merah.
Melambungnya harga cabai merah diikuti dengan ketersediaan terbatas, tercatat menjadi salah satu penyebab utama naiknya inflasi Riau.
Dalam rapat pengendalian inflasi di ruang Melati lantai 3 Kantor Gubernur Riau, Rabu 10 Agustus 2022, Gubernur Riau Syamsuar, meminta agar Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ramai-ramai tanam cabai merah.
Gerakan ini akan dilakukan dalam waktu dekat terhadap 1.591 BUMDes Maju di Riau. “Setengah hektar saja menanam cabai dapat membantu ketersediaan cabai yang kurang di Riau,” kata Syamsuar.
Dia mengatakan, Riau membutuhkan sekitar 15 ribu ton cabai merah. Keterlibatan BUMDes dalam hal menanam cabai merah diharapkan dapat menekan angka kebutuhan tersebut, terutama dalam hal menekan angka kenaikan inflasi.
Tercatat inflasi di Provinsi Riau secara tahunan sudah mencapai 7,04%, jauh dari target awal yang menargetkan paling tinggi 4%. Setidaknya ada 3 jenis cabai dan 1 jenis komoditi lain yang kini memberi andil besar terhadap tingginya inflasi di Riau. Yakni cabai merah, cabai hijau dan rawit dan bawang merah.
“Tapi di sini kita melihat bahwa pangan sangat dominan. Bagaimana kalau kita bisa mengendalikan dan menurunkan sampai 5% persen saja. Ini jadi tugas kita bersama,” kata Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau Muhamad Nur.
Dia merekomendasikan beberapa hal yang harus dilakukan untuk menekan laju inflasi di Riau, yakni menjaga ketersediaan pasokan pangan, menjaga kestabilan harga, dan menjaga rantai distribusi.
Tak hanya itu, juga perlu dilakukan penguatan ketahanan pangan, khususnya hortikultura dan pangan strategis lainnya (urban farming). Salah satunya dengan mengajak masyarakat memanfaatkan lahan yang ada menanam komoditas penting. “Mungkin perlu ada gerakan sustainable,” ungkapnya.
Selain itu, masyarakat juga harus paham kapan waktu mereka harus menanam cabai dan jenis tanaman pangan lainnya. Dengan masa tanam yang terjadwal akan berdampak pada kestabilan ketersediaan pangan.
“Sehingga tidak ada masyarakat panen berlebihan dan pasokan aman. Memang komunikasi dengan masyarakat menjadi sangat penting sekali,” sebutnya.***