Pertumbuhan industri perhotelan di Riau menjadi penanda bahwa geliat ekonomi di daerah semakin membaik. Namun sayangnya, masih ada banyak hotel di Riau yang belum berminat untuk bergabung sebagai keanggotaan PHRI Riau.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran [PHRI] Riau Nofrizal Ali Akbar, saat berbincang dengan Bertuahpos.com, Minggu, 22 Mei 2022 di Pekanbaru. “Sampai saat ini kami terus mendorong agar hotel-hotel di Riau bergabung dengan PHRI,” katanya.
Dia menambahkan, ada banyak hal yang didapat ketika hotel memutuskan bergabung di PHRI. Terutama dalam hal pendampingan dan perlindungan terhadap persoalan-persoalan, baik itu disebabkan adanya kebijakan yang tidak memihak, ataupun persoalan lainnya yang berkaitan dengan industri perhotelan secara umum.
“Jadi kami tegaskan, bergabung ke PHRI itu bukan hanya sekedar bergabung saja. Tapi, ada banyak hal yang bisa didapat. Contoh, terkait kebijakan-kebijakan pemerintah bisa langsung tersampaikan, atau ketika ada program, teman-teman di PHRI yang didahulukan,” kata pimilik Resty Menara Hotel Pekanbaru ini.
Selama pandemi Covid-19, kat dia, industri perhotelan merupakan sektor paling terdepan dalam hal penerapan protokol kesehatan. Sebab industri ini sangat bergantung pada hospitality [keramahan] dan jaminan keamanan dalam melayani para tamu.
Dia menambahkan, sejauh ini jumlah hotel yang tergabung di PHRI sekitar 100 lebih. Namun itu masih belum sebanding dengan hotel di Riau yang jumlahnya terus tumbuh, terutama di Kota Pekanbaru.
“Jumlah hotel di Riau ini banyak, ada sekitar 500-an. Nah, 200 diantaranya terdapat di Kota Pekanbaru. Dari jumlah tersebut ada 66 hotel berbintang. Sedangkan hotel yang tergabung di PHRI masih di 100-an lebih,” terangnya.
Nofrizal yang juga Anggota DPRD Kota Pekanbaru ini menjelaskan, memang ada beberapa faktor penyebab menjadi alasan mengapa masih banyak hotel di Riau belum berminat untuk menjadi keanggotaan PHRI. Salah satu diantaranya terkait feedback yang didapat.
“Mereka [hotel] belum mengetahui secara menyeluruh terkait ini. Memang suka atau tidak suka, hotel yang bergabung dengan PHRI tergantung dari kebutuhan mereka. Apalagi kalau mereka sudah butuh baru lah, ‘kami ikut gabung’,” terangnya.
Sejauh ini, kata dia, PHRI masih memaklumi keengganan para hotel di Riau yang belum berminat bergabung dengan PHRI. Sebab, memang ada beban dan tanggung jawab yang harus diemban.
Di sisi lain, operasional hotel membutuhkan biaya besar, sehingga perlu pertimbangan matang untuk memutuskan bergabung ke dalam satu organisasi, termasuk PHRI.
“Kalau biaya itu bisa digunakan untuk kebutuhan operasional kenapa harus gabung dengan kita [PHRI], ‘terus apa yang kami dapat kalau gabung dengan PHRI’, hal hal-hal seperti ini masih ada,” kata Nofrizal.
“Meski demikian kami [PHRI] tetap tetap melayani meskipun mereka bukan termasuk dalam keanggotaan. Karena mereka bagian dari usaha hotel yang juga berkontribusi terhadap pembangunan daerah dari sisi pembayaran pajak,” sebutnya.***