BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Harga minyak nabati atau Crude Palm Oil (CPO) kian terdampak dari krisis energi dan pangan, sebagai imbas dari adanya perang Rusia dan Ukraina saat ini.
Secara fundamental, hal tersebut semakin diperkuat oleh kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mewajibkan negara-negara Eropa untuk membayar pembelian ekspor energi dalam mata uang rubel.
Analis pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan Defris Hatmaja mengatakan, harga CPO di sesi awal perdagangan pekan ini kembali menunjukkan adanya kenaikan, meski hanya tipis.
“Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa di pekan lalu ada kebijakan yang diambil oleh Vladimir Putin, bahwa setiap negara Eropa yang ingin impor energi dari Rusia wajib menggunakan mata uang rubel. Terbukti hal ini berdampak besar terhadap kenaikan mata uang Rubel setelah kebijakan itu diberlakukan,” terangnya.
Jika mengacu pada data refinitiv, harga CPO dibanderol di level MYR 5.618/ton atau naik tipis 0,93%. Namun, titik resistance berada di MYR 5.606/ton.
“Kondisi ini dapat menyebabkan kenaikan ke kisaran MYR 5.744-5.855/ton. Secara fundamental kalau kita lihat memang krisis energi dan pangan sedang berlangsung sebagai dampak perang di Ukraina, juga turut ambil bagian terhadap naiknya harga CPO,” terangnya.
Kenaikan harga CPO tersebut tentunya turut berdampak terhadap naiknya harga TBS kelapa sawit di Riau untuk pekan ini. Sebagaimana diketahui, harga TBS kelapa sawit di Riau untuk sepekan kedepan mengalami kenaikkan pada setiap kelompok usia.
Adapun kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok usia 10-20 tahun sebesar Rp61,42/Kg atau mencapai 1,61% dari harga minggu lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan naik menjadi Rp3.866,45/Kg. (bpc2)