BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) kini dihadapkan dalam polemik dualisme kepengurusan. Dualisme kepengurusan tersebut tidak hanya terjadi di internal ASITA Pusat, tapi juga terjadi di ASITA Riau.
Polemik di tubuh ASITA muncul saat Ketua ASITA lama Asnawi Bahar mengundurkan diri, sehingga perlu dilakukan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) tahun 2019 lalu. Ada 2 kandidat yang bertarung memperebutkan posisi ketua, yakni Nunung Rusmiati—dari Sekjen DPP ASITA, dan Hasiyanna S Ashadi—dari Ketua DPD ASITA Jakarta.
Dari 144 suara dalam Munaslub tersebut mendapuk Rusmiati sebagai Ketua ASITA setelah memperoleh dukungan sebanyak 79 suara. Sedangkan Hasiyanna memperoleh 65 suara. “Sejak awal, kita sudah nggak mau ikut,” kata Ketua ASITA 71 Riau Julfianto saat dihubungi Bertuahpos.com, Rabu, 20 Oktober 2021.
Pada Selasa, 19 Oktober 2021, Wakil Ketua DPP ASITA Bidang Kelembagaan dan Pemerintahan Dede Firmansyah menggelar Coffee Morning di Sultan Resto Jalan Ronggowarsito Pekanbaru. Dalam kesempatan itu Dede juga menjelaskan kronologi awal munculnya dualisme kepengurusan ASITA bermula saat Munaslub tersebut.
Dia menunjukkan sebuah pesan WhatsApp yang ditulis oleh Julfiyanto dalam Grup WA mereka. Pesan tersebut berisi pengunduran dirinya dari kepengurusan ASITA Riau di bawah Nunung Rosmiati. “Padahal, awalnya tidak seperti itu,” kata Dede.
Julfiyanto membenarkan bahwa dia memang mengirimkan pesan pengunduran diri dalam Grup WA tersebut. Namun terkait surat pengunduran diri secara tertulis, diakuinya memang belum diajukan ke DPP ASITA. “Karena nggak mungkin kan saya tidak mengundurkan diri. Untuk surat resmi pengunduran diri ke DPP, saya masih menunggu Sekjen saya yang sekarang masih di luar kota,” tutur Jul.
Saat ini Julfiyanto menjabat sebagai Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA 71). Dia juga mengungkapkan bahwa secara keseluruhan, kepengurusan yang sebelumnya di ASITA Riau kini solid dan memberikan dukungan penuh ke ASITA 71 di bawah Pimpinan Artha Hanif.
Terkait soal pengunduran diri itu, kata Jul, pada prinsipnya hanya sebatas “pindah perahu”. Namun secara prinsip, ASITA 71 lah yang masih mempertahankan tujuan sesungguhnya yakni bergerak di bidang kepariwisataan. Sedangkan DPP ASITA di bawah Rusmiati telah berubah haluan menjadi organisasi sosial. Perbedaan ini dianggap sudah terlalu jauh. Itulah salah satu penyebab munculnya dualisme kepengurusan di ASITA, termasuk ASITA Riau saat ini.
“Sekarang, kalau di kepengurusan kita solid ke ASITA 71 di bawah Pak Artha Hanif. Makanya waktu Rakernas di Padang, saya sudah menegaskan ASITA Riau tidak ikut, ” ujar Julfiyanto.
Jul juga mengaku sudah mengajak seluruh anggota ASITA Riau untuk solid di ASITA 71, mengingat segala kontribusi yang nyata tidak lain untuk perkembangan pariwisata di Riau. “Dan apapun kepentingannya nanti di Riau, kita kerja untuk Riau, kita orang Riau, sahabat-sahabat kita juga di Riau. Termasuk Pak Dede juga sahabat kita,” jelasnya.
Dampak dari dualisme DPP ASITA juga telah menyebabkan dualisme kepengurusan di ASITA Riau. Hal ini juga diakui oleh Julfiyanto dan Dede Firmansyah. “Memang benar ada dualisme,” kata Jul. “Kita juga nggak bisa menghindari itu. Padahal kita maunya tidak seperti itu. Karena memang kita sudah solid kan.”
Dede mengklarifikasi bahwa memang awalnya ASITA Riau mendukung Hasiyanna S Ashadi saat Munaslub. “Tapi waktu itu saya yakin yang menang ibu Rusmiati. Kawan-kawan awalnya komit untuk ikut, namun di tengah jalan malah berpindah haluan. Makanya saya tetap ikut,” bantah Dede.
Sebagai perwakilan dari DPP ASITA, Dede menyebut tidak ada yang berubah dengan ASITA di bawah kepemimpinan Rusmiati saat ini. Hanya saja sangat disayangkan terjadinya dualisme kepengurusan hingga di daerah.
Dede menegaskan bahwa dalam waktu dekat DPP akan mengupayakan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) untuk kepengurusan DPD ASITA Riau. Sebelum itu, DPP ASITA terlebih dahulu akan menunjuk Plt. Ketua DPD ASITA Riau, menjelang Musdalub diselenggarakan.
“Sebelum diadakan Musdalub, memang terlebih dahulu DPP ASITA akan menunjuk Plt Ketua DPD ASITA Riau setelah pengunduran diri Ketua DPD sebelumnya,” tuturnya.
Dia menambahkan, langkah ini memang harus segera diambil setelah munculnya dualisme kepengurusan ASITA, sehingga menyebabkan DPD ASITA Riau saat ini mengalami kekosongan pemimpin. Sejauh ini, Dede masih belum bisa memastikan kapan waktu Musdalub akan digelar.
“Kami masih akan berkomunikasi dengan Ketua DPP ASITA, makanya terkait waktu belum bisa ditentukan. Namun yang paling urgen adalah menetapkan Plt Ketua DPD dan menyegerakan Musdalub,” sambungnya.
Dede berharap persoalan yang terjadi di internal ASITA segera terselesaikan, meskipun upaya hukum sudah dilakukan. “Untuk keputusan penunjukan Plt dan Musdalub tergantung dari DPP. Yang jelas untuk surat pengunduran diri dari Ketua DPD ASITA Riau yang memang harus didesak.” tuturnya. (bpc2)