BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Seorang pengamat perkotaan, Mardianto Manan, berharap ke depannya tidak ada lagi gubernur yang membawa-bawa daerah asalnya dalam membangun pembangunan di Provinsi Riau.
Saat diwawancarai bertuahpos.com, Minggu (3/12/2017), pria asli Kuantan Singingi ini mengatakan, saat ini banyak gubernur yang lebih memilih mendahulukan daerah asalnya ketika terpilih menjadi gubernur.
“Seperti yang telah banyak terpraktikkan di sebagian besar kepala daerah di saat ini dan masa lalu. Dimana ketika sang pemimpin terpilih berasal dari kampung tertentu, maka yang akan diintensifkan pembagunannya lebih terfokus kepada kampung asal beliau sendiri,” ujar Mardianto.
Parahnya lagi, Mardianto menilai membawa-bawa daerah asal dalam kepemimpinan, juga turun hingga kepemilihan kepala dinas bahkan hingga ke camat.
“Jeleknya lagi tidak hanya itu, tetapi menjalar pula pada wilayah siapa yang akan mengisi kekuasaan pada level di bawah sang pemimpin tersebut. Baik kepala dinas, termasuk kepala bagian, sub bagian, bahkan sampai ke camat. Anehnya, saking memaksakan kehendak satu kampungannya, seorang kepala dinas dipilih yang sama kampungnya dengan gubernurnya,” ujar.
Mardianto mencontohkan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), justru kepala dinas yang diangkat oleh gubernur bukanlah seorang tamatan teknik.
“Contoh dia tamatan dari S3 (Seorang Sarjana Sosial), maka berlimparaklah jembatan dan jalan yang hancur, karena sang kadis tak paham dengan dunia konstruksi,” tuturnya.
Dalam harapannya, Mardianto berharap gunernur ke depannya menjadi pemimpin yang menyeluruh seprovinsi Riau.
“Marilah ke depan kita tidak lagi mengkotak kotakkan wilayah kekuasaan kepada wilayah yang sempit, bukankah kita menghendaki otonomi luas? Kenapa pula kita menjadikan otonomi yang sempit? Jadilah Gubernur Riau yang sebenarnya. Jangan lagi terdengar istilah Gubernur Kuantan, Gubernur Kampar ataupun Gubernur Indragiri dan lainnya,” tutup Mardianto. (bpc9)