BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ada banyak cerita yang mewarnai kehidupan sejumlah Lansia di wisma Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah, dibawah namungan Dinas Sosial Provinsi Riau. Termasuk ada banyak alasan mengapa para Lansia itu hadir si tempat ini. “Umunya karena faktor ekonomi,” ujar Susilo selaku Staff Pelayanan di panti asuhan itu.
Kepada bertuahpos.com, Senin (18/07/2016), dia bercerita sebagian besar para orang tua ini adalah mereka yang terlantar dari kasih sayang orang disekelilingnya. Faktor lain, biasanya ada ketidakcocokan antara anak dan menantunya ketika mereka tinggal bersama. “Namanya juga orang tua, sifatnya lebih sensitif,” tambahnya. “Sebagian besar dari mereka bahkan diantar langsung oleh anak-anaknya.”
Sikap kesepahaman seperti ini memang sulit tercipta antara anak dan orang tua. Dalam masalah seperti ini, kata dia, juga tidak bisa sang anak disalahkan sepenuhnya. Sebab banyak juga orang tua yang tidak bisa mengerti dengan kondisi anaknya. Juga tidak sedikit orang tua yang justru merasa lebih nyaman berada di panti sosial ketimbang duduk manis di rumahnya.
Data yang ditemukan oleh pihak pengelola, setiap tahunnya panti asuhan ini menampung maksimal 80 orang Lansia pertahunnya. Meski demikian, kata Susilo, setiap tahun jumlah lansia yang masuk ke Wisma Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah ini terus bertambah. “Tahun ini sudah penuh,” sambungnya.
Dalam petak-petak kamar itulah para Lansia ini menjalankannya aktifitas kesehariannya. Satu kamar di isi 5 sampai 6 Lansia. Sebagian besar mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Tidak semua penghuni panti sosial ini adalah mereka yang hidup sendiri. Sebagian orang tua itu bahkan masih punya anak yang masih kuat.
“Problemnya cukup komplek memang. Selaku anak, kadang kita terkesan tidak berbakti kepada orang tua jika menitipkan orang tua ke panti sosial,” ujarnya.
Di tempat baru, bermasa teman-teman baru seusianya, para Lansia ini tentunya mendapatkan pengalaman yang baru. Pihak pengelola lebih memberikan penyadaran terhadap meningkatkan rasa percaya dirinya para orang tua untuk terus optimis dalam menjalani sisa hidupnya.
“Setiap hati Rabu kami memberikan bimbingan sosial. Saya sendiri yang terlibat dalam kegiatan itu,” kata Susilo.
Kesan yang ingin diciptakan kepada para orang tua ini pada prinsipnya sangat sederhana, yakni bagaimana mereka merasa diperhatikannya, dan terarah. Di panti sosial ini, kaum Lansia ini punya jadwal padat. Setiap pagi Semua pihak panti memberikan bimbingan agama, penceramah dan siraman rohani.
Dihari-hari berikutnya dilakukan bimbingan keterampilan, kegiatan berobat langsung ke dokter, gotong royong, senam, dan libur di hari Minggunya.
“Pesan kami kepada anak-anak mereka, cobalah jenguk dan bawa pulang orang tunyanya. Minimal sebulan sekali. Karena sebagai anak pastinya ada rasa rindu kepada orang tuanya,” tambahnya
Dia mengakui, menghadapi para Lansia di Panti Sosial ini haru punya rasa sabar yang super. Sebab diusia senja seperti ini, sifat kekanak-kanakan kembali muncul. Para Lansia di sini lebih senang jika diajak bergurau, dengan demikian mereka akan merasa nyaman.
Penulis: Dilla