بسم الله الرحمن الرحيم
SETULUS hatiku, kusarankan kepada kalian, agar tidak perlu risau dan sibuk dengan berita bertambahnya kasus positif yang disuguhkan sekian hari ini, di kota ini. Dan status hitam, merah, kuning di kota ini.
Selalu mengikuti update berita COVID-19, justru memperburuk keadaanmu. Karena hanya akan menambah rasa kecemasan dalam kehidupanmu. Lalu dunia ini serasa sempit menghimpit. Hidup tercekam oleh corona mengerikan.
Jalanilah kehidupanmu sebagaimana yang dulu dan tetap fokus pada cita-citamu dengan tetap mengikuti sepenuhnya aturan-aturan yang digariskan pemerintah: seperti memakai masker, jaga jarak, cuci tangan dengan sabun/anti kuman, lalu bertawakkallah kepada Allah!
Jauhi kekhawatiran dan kerisauan dari hatimu…
Lanjutkan saja kehidupan ini apa adanya sebagaimana biasa sambil tetap mengikuti protokol yang digariskan pemerintah. Andai nanti suatu saat memang kau mengeluh sakit atau tidak enak badan maka beristirahatlah atau kalau memang terasa berat datanglah ke dokter atau rumah sakit.
Jangan Ikut Campur Urusan Ajal Manusia
COVID-19 sekali-kali tidak akan membunuhmu kecuali bila Allah Yang Memiliki langit dan bumi ini memang mengirim malaikat maut kepadamu, sebagaimana telah tertulis dicatatan takdir bahwa umurmu telah ditentukan sampai saat itu saja.
Jika tidak — ajal belum tiba — kau akan sembuh karena orang tidak akan bisa mati kecuali didatangi malaikat maut yang mencabut nyawa yang dikirim Allah SWT.
Jadi cuma ada 3 fokusmu: Cita-cita atau tugasmu sehari-hari, ikuti protokol dan bertawakkallah kepada Allah dengan mambaguskan ibadah kepadaNya. Tinggalkan mengikuti berita-berita tentang COVID-19.
Protokol kesehatan jangan diabaikan, karena itu akan membantumu. Seandainya ditakdirkan COVID-19 menginfeksimu, maka insya Allah dengan izin-Nya kemungkinan besar sakitmu tidak akan berat. Karena masker dan jaga jarak ini akan mengurangi jumlah/kuantitas virus yang masuk ke tubuhmu.
Inilah pendapat sebagian ahli kesehatan yang menyatakan jumlah virus yang masuk, sangat mempengaruhi tingkat sakit penderita. Wallaahu a’lam.
“Mengapa aku menyarankan demikian? Semoga pengalaman sakit kami bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.”
Awal Mula Terinfeksi Corona
Sakitku diawali dengan demam yang sangat ringan — 37 derajat celsius — sampai-sampai aku mengira ini adalah gara-gara kecapekan kerja 12 jam di lapangan beberapa hari terakhir ini.
Di hari ke-6, sore hari, demam ini meninggi melampaui 38 derajat celsius dan mulai muncul sedikit batuk-batuk.
Di hari ke-7 pagi, aku pun izin tidak masuk kerja.
Setelah sehari beristirahat ternyata demam tak kunjung reda. Sehingga aku pun datang ke rumah sakit pada malam harinya, dan di situlah swab test dilakukan, lalu perjanjian untuk isolasi pun dilakukan dengan menandatangi dokumen.
Seriuskah aku terinfeksi COVID-19? Sepulang dari rumah sakit aku pun mengisolasi diri, bukan hanya dengan lingkungan tapi juga dari keluargaku sendiri, walau sebenarnya sudah sangat terlambat! Karena sebelumnya di antara kami biasa-biasa saja tidak menjaga jarak bahkan minum dan makan dari tempat yang sama!
Hari ke-8 demam masih bertahan di 38 koma sekian, dan aku pun tak tahu kapan demam ini akan membaik, sementara badanku semuanya terasa sakit, nyeri dan pegal.
Maka aku pun berdoa semampuku malam itu, karena aku sadar hanya kepada Allah satu-satunya jalan bagiku sebagaimana ikrarku dalam setiap shalat, ‘Hanya kepada Engkau kami menyembah, dan Hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan’.
Seandainya ini memang COVID-19, maka doa inilah satu-satunya obat mujarabku dan harapanku.
Hari ke-9 pagi harinya, alhamdulillah dengan memuji Allah atas kesempurnaan kasih sayang-Nya, demam tinggiku hilang dan suhu tubuh menunjukkan 37 C. Aku rasakan nikmatnya tubuhku dan hilang nyeri otot dan pegal selama demam tinggi.
Di pagi itulah kurasakan rasa gembira akan datangnya kesembuhan dan ternyata benar, setelah itu berangsur-angsur keadaanku membaik.
Hasil Swab Positif
Di Hari ke-11 sore hari datanglah telepon kepadaku dari dokter yang memberitahu bahwa hasil swab. Positif! Lalu sms resmi dari departemen kesehatan pun datang.
Campur aduk rasa hati ini antara kaget, heran dan bersyukur. Di situlah aku betul-betul bersyukur atas hikmah ilahi yang telah membuat hasil tes swab sangat terlambat.
Apa jadinya kalau hasil swab itu diberitahukan kepadaku sehari setelahnya (hari ke-8) di saat demamku masih tinggi? Aku sangat yakin bahwa sakitku bukan membaik malah akan memburuk tatkala itu, kalau aku sampai mengetahui bahwa demam tinggi ini gara-gara COVID-19.
Kondisi saat itu di mana orang butuh semangat justru akan down, shock dan stress, kala ia mendengar dirinya terkena COVID-19, lalu akan terbayang bahwa mungkin saja esok akan sesak nafas lalu bisa saja meninggal dunia dan lain sebagainya.
Segala yang negatif yang akan justru memperburuk keadaan. COVID-19 sudah terlanjur menjadi suatu image yang mengerikan. Ibarat ‘monster kematianc yang siap mengintai siapa saja.
Tinggalkan Berita Tentang COVID-19
Karena itu, tinggalkan semua bacaan dan berita yang akan membuat hidupmu sempit, susah dan pesimis, dan batasi dengan berita yang benar-benar penting dan valid dari pemerintah saja. (Maaf saja, karena update berita COVID-19, ini sendiri merupakan ladang empuk mencari duit bagi para pemain berita di internet)
Dan hasil yang terlambat itu membuat kaget karena aku sudah terlanjur tidak mengetahui bahwa COVID-19 telah menginap di rumah kami, maka bagaimanakah nasib anak-anak dan istriku?
Sekali lagi, pengetahuan tentang COVID-19 yang terlanjur menjadi suatu image mengerikan, hanyalah membuat rasa panik yang tidak membantu keadaan kami sedikit pun dalam menyelesaikan masalah.
Dari situlah, lalu kami belajar iman kepada takdir.
Segalanya telah Allah catat di lauh mahfudh, jauh sebelum alam semesta ini diciptakan. Tugas kita adalah berdoa dan menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya dan berbaik sangka bahwa Allah lebih mengetahui kebaikan bagi kami semua.
Iman inilah yang paling bermanfaat dan membuat tenang kami di saat keadaan penuh ‘tanda tanya’ dan penuh ketidakpastian ini, bukan berita-berita tentang COVID-19.
Kami semua berdelapan, namun meski aku telah dinyatakan positif alhamdulillah anggota keluarga yang lain tidak diswab test, hanyalah kami diperintahkan untuk mengisolasi diri selama 10 hari setelah hasil tes keluar (catatan: kejadian ini terjadi pada kami di negeri rantau, bukan di negara indonesia).
Bersambung ke bagian 2 – Catatan Bagus Wasito, Pasien Positif COVID-19 di Madinah (Bagian 2)
Tulisan ini ditulis langsung oleh Bagus Wasito, Warga Kadipaten, Jogya, yang kini tinggal bersama keluarganya di Madinah. Tulisan ini berdasarkan pengalamannya yang terpapar virus corona dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
(bpc2)