BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pengamat sepak bola Indonesia Opan Lamara menilai keberadaan jenderal bintang tiga Mochamad Iriawan atau Iwan Bule, ternyata belum memberikan dampak sesuai harapan di tubuh PSSI. Apalagi, isu soal match fixing kembali mencuat saat pergelaran liga 1 dan liga 2 baru-baru ini.
Hal ini diuangkapkan Opan Lamara kepada Bertuahpos.com saat ditemui di Pekanbaru, Senin malam, 22 November 2021. “Saya setuju, yang sangat disayangkan adalah bahwa keberadaan Pak Iwan Bule, sebagai Ketum PSSI dengan latar belakang mantan polisi bintang tiga, ternyata tidak otomatis membuat sepak bola kita lebih bersih,” ungkapnya.
Padahal, kata dia, jika flashback ke tiga atau empat tahun lalu, awal mula nama Iwan Bule muncul sebagai kandidat terkuat menjadi Ketua Umum PSSI saat itu, karena pecinta sepak bola di Tanah Air memberikan harapan besar agar PSSI bersih dari praktik-praktik kotor dalam sepak bola.
“Latar belakang beliau sudah menjadi harapan kita semua ketika itu, dengan duduknya di PSSI bisa membersihkan mafia-mafia sepak bola, itu yang pertama menurut saya,” tutur Opan.
Poin kedua, lanjut dia, situasi di internal sepak bola Indonesia semakin keruh. PSSI, melalui PSSI Asprov Jawa Timur melapor baik mantan runner pengaturan skor sepak bola, Bambang Suryo, atas tuduhan pencemaran nama baik.
“Padahal kita tahu sebelumnya, bahwa masalah pengaturan skor di sepak bola Indonesia sudah bukan rahasia umum lagi. Salah satu indikasi yang membuat kita sangat yakin masih berjalannya praktik seperti ini, yakni ada banyak keputusan-keputusan wasit yang sangat kontroversial,” terangnya.
“Terhadap fenomena ini, tidak perlu wasit berlisensi untuk membuat keputusan-keputusan itu, anak SD dan anak SMP juga tahu. Gitu lho. Iya, kan,” tuturnya. (bpc2)