BERTUAHPOS.COM – Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto meminta kepada Pemkab Kuantan Singingi (Kuansing) untuk serius dalam upaya penanganan Sunting di daerahnya.
Hal ini ditekankan SF Hariyanto, saat memberikan sambutan di acara penilaian kinerja Pemkab/Kota dalam pelaksanaan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting tahun 2024 di Hotel Aryaduta, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Rabu, 29 Mei 2024.
Hariyanto pun menyarankan kepada Pemkab Kuansing untuk banyak belajar dari daerah lain di Riau sudah berhasil menurunkan prevalensi stunting, salah satunya seperti di Kampar.
“Dari Kuansing ada? (yang hadir). Kuansing ini angka stuntingnya masih tinggi. Coba belajar ke Kampar. Mereka pakai CSR untuk turunkan sunting,” sebutnya.
Berdasarkan data hasil survei kesehatan, tahun 2023 Riau angka santing Riau 13,6% atau di bawah rata-rata nasional di 21%. Hal ini menempatkan Riau berada di urutan ketiga dalam terendah setelah Jambi dan Bali.
Adapun Kabupaten/Kota dengan capaian penurunan angka stunting rendah yakni Kabupaten Kampar, yang mana di sepanjang tahun 2023 berhasil turun di angka satu digit yakni 7,6%. Capaian yang memuaskan juga terlihat di Kota Pekanbaru yakni di angka 8,7%.
Namun, SF Hariyanto juga menyinggung, bahwa dari 12 Kabupaten/Kota di Riau masih ada satu daerah yang belum menunjukkan perbaikan terhadap penanganan stunting jika dilihat dari angka persentasenya, yakni Kabupaten Kuansing, berada di posisi buncit.
“Artinya, apa yang sudah dikerjakan selama ini telah menunjukkan hasil yang bagus. Saya harap di tahun 2025, prevalensi stunting Riau sudah bisa tembus 1 digit, walaupun hanya 9,9%,” ungkapnya.
Dia mengingatkan kepada seluruh kepala daerah, bahwa upaya penanganan stunting tak bisa mengedepankan ego sektoral, tapi harus saling bahu membahu satu sama lain dengan berbagai pihak. “Ini kerja tim, bukan kerja sendiri-sendiri,” tegasnya.
Namun, SF Hariyanto menilai, bahwa secara umum, apa yang sudah dicapai pada tahun 2023, merupakan bentuk dari komitmen kepala daerah, sejalan dengan upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan upaya perbaikan gizi terhadap ibu hamil dan balita lewat sebuah gerakan intervensi.
“Saya ingin, tahun 2025 kita tak lagi bahas stunting. Programnya berubah kepada mencegah, bukan lagi bicara soal anak yang stunting. Kejar ibu hamil, beri asupan dan gizi yang cukup. Ini upaya hulu yang wajib dilakukan agar anak yang dilahirkan tidak stunting,” tuturnya.
“Kami (Pemprov Riau) punya kewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penanganan stunting. Penilaian kinerja hari ini sangat penting sebagai ukuran atas kinerja penanganan stunting yang sudah kita lakukan selama ini,” katanya.***