BERTUAHPOS.COM — Minyak sawit Indonesia masih belum sepenuhnya terbebas dari ‘jajahan’ Uni Eropa. Berbagai rintangan kini masih dihadapi oleh industri minyak sawit domestik.
Sejumlah lembaga di Eropa disinyalir terus melakukan ‘gempuran’ negatif terhadap produk ini. Mereka diduga mempunga motif yang tidak murni, dengan kata lain memiliki kepentingan tersendiri.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia M.P Tumanggor berpendapat, pada dasarnya Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah alias CPO adalah ‘harta karun’ bagi Indonesian.
Tanaman keluarga palem ini tumbuh subuh di hutan tropis dan dianggap telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai sektor kehidupan.
“CPO bisa menjadi andalan ekspor, karena ketergantungan negara lain terhadap komoditas ini sangat tinggi,” ungkapnya, seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Soal sentimen negatif asing terhadap CPO Indonesia, sebenarnya bukanlah barang baru. Sudah menjadi hal yang lumrah ada negara yang iri karena Indonesia memiliki ‘harta karun’ yang tak ternilai itu.
Hal ini secara jelas diungkapkan Tumanggor saat diwawancara secara eksklusif oleh media itu, pada pertengahan pekan lalu.
‘Gelagat tidak suka’ Eropa terhadap komoditi ini terlihat dari banyak regulasi yang mereka berlakukan. Namun pada fakta berjalan, semua itu mempun dipenuhi dan tidak terbukti seperti apa yang mereka tuduhkan.
Indonesia sendiri telah memproduksi lebih dari 50 juta ton CPO per tahun. Sebanyak 70% dari produksi tersebut mengandalkan ekspor, termasuk ke Uni Eropa. Sementara 30% menjadi konsumsi dalam negeri.
Angka ini yang seharunya ditingkatkan agar ketergantungan terhadap ekspor bisa ditekan. Dengan demikian, sawit tetap ‘kokoh berdiri’ walau diterpa beragam isu tidak sedap. Selain itu, 17 juta orang Indonesia menggantungkan hidup di industri sawit. (bpc2)