BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pengamat politik Rocky Gerung menyinggung bagaimana keberpihakan pemerintah terhadap kelompok-kelompok Ormas Islam di Tanah Air.
Penjabaran pandangannya itu dijelaskannya dalam sebuah video yang ditayangkan di akun YouTube Rocky Gerung Official dengan judul: Politik Belah Bambu. Muhammadiyah Coba Dirangkul, FPI Dipukul.
Dilihat Bertuahpos.com, pada Jumat, 26 Maret 2021, video itu sudah 13 ribu kali ditonton dengan 420 komentar.
Penjelasan pengamat politik Rocky Gerung dimulai dengan menampilkan sebuah artikel pemberitaan bahwa Presiden Jokowi bagi-bagi lahan ke pemuda Muhammadiyah.
“Saya perlu pertanyakan juga kenapa Presiden bagi-bagi lahan. Negara itu tak punya lahan. Yang punya lahan itu rakyat. Jadi kalau pemuda dapat lahan, agak aneh. Apa urusannya kepemudaan dengan lahan. Saya juga tanya-tanya dulu ke google,” ungkapnya.
Mungkin Pak Jokowi menginginkan pemuda tidak berdemo di jalan, banyak-banyak sawah aja tu,” kata Rocky Gerung.
Menurutnya, jika sebelumnya pemerintah mengembangan politik eksclusion, lalu, apa yang dilakukan kepada pemuda Muhammadiyah tersebut merupakan salah satu bentuk politik inclusion.
“Kalau FPI pemudanya itu di-exclude (dikecualikan), kalau Muhammadiyah pemudanya di-include, dimasukkan, ada yang diusir, ada yang dimasukkan,” sebutnya.
Dia menjelaskan, hal itu merupakan salah satu cara rezim untuk membelah masyarakat. “Pemuda sekarang ‘terbelah’ hanya karena urusan tanah,” tuturnya.
Menurut Rocky, pola seperti ini tak jadi soal jika dilakukan dalam ranah politik, namun tidak dalam lingkaran pemuda. Sebab, menurutnya, dasar dari pemuda itu adalah ‘melawan’ bukan ‘tunduk’.
Dia menilai, anak muda seharusnya berada di luar kekuasaan. “Selama ini, pemuda Muhammadiyah ada dalam tradisi mempertanyakan, bukan untuk mengawal kekuasaan,” sebutnya.
Dengan demikian, dia berpandangan, bahwa dengan mudah rezim itu bertujuan untuk ‘membelah pemuda’.
Hal ini terlihat dari sikap pemerintah di mana ada pemuda FPI yang ‘disingkirkan’ dan ada pemuda Muhammadiyah yang ‘dimasukkan’. Meskipun di dalam Muhammadiyah juga ada senior-senior ‘yang dianggap mengganggu kekuasaan’.
“Yang seharusnya, justru pemudanya mengikuti seniornya yaitu ‘mengganggu kekuasaan’. Kan kekuasaan musti diganggu oleh yang muda. Jadi ada paradoks sebenarnya dalam perpolitikan kita saat ini,” sambung Rocky Gerung. (bpc2)