BERTUAHPOS.COM – Ekosistem mangrove di Provinsi Riau mengalami degradasi yang cukup mengkhawatirkan. Hal itu akibat tingginya kasus pembalakan ilegal terhadap mangrove, untuk kepentingan bisnis.
Dengan kondisi ini, Riau sedang menghadapi tekanan luar biasa terhadap ekosistem mangrovenya.
“Pembalakan liar kayu bakau untuk keperluan industri arang, pondasi rumah, tambak udang, dan kebutuhan manusia lainnya menyebabkan degradasi yang signifikan,” kata Ketua Komite Investasi Provinsi Riau, Budi Hidayat.
Dia mengatakan, bahwa hilangnya ekosistem mangrove di beberapa kabupaten di pesisir timur Sumatera, seperti Bengkalis dan Meranti, telah menyebabkan abrasi yang hebat.
“Abrasi yang terjadi sudah menggerus ekosistem gambut. Berdasarkan data, sekitar 482 km pantai di Provinsi Riau terdampak abrasi,” ujarnya.
Akibat abrasi tersebut, formasi mangrove yang seharusnya menjadi penghalang gelombang besar dari Selat Malaka kini telah hilang. Tanah gambut yang rapuh pun mudah terkikis dan tersapu oleh gelombang.
Oleh sebab itu, Budi menegaskan, bahwa rehabilitasi mangrove harus dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek sosial, ekologi, ekonomi, serta dukungan kebijakan.
“Rehabilitasi harus memperhatikan fungsi kawasan, kepemilikan lahan, kesiapan masyarakat, serta kebutuhan dan pelajaran dari rehabilitasi terdahulu,” jelasnya.
Dengan adanya proyek mangrove untuk ketahanan masyarakat di kawasan pesisir, diharapkan pengelolaan mangrove dapat lebih baik dan meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir.
“Kita berharap proyek ini mampu meningkatkan pengelolaan mangrove yang lebih baik dan meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir,” katanya.***