BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Semangka, sudah lama menjadi simbol dukungan terhadap warga Palestina. Emoji semangka kini semakin populer di Sosial Media, sebagai bentuk dukungan terhadap negara itu.
Emoji semangka muncul, karena para netizen merasa curiga adanya sensor yang diberikan oleh Sosmed Meta, seperti: Instagram, Facebook dan WhatsApp, terhadap konten-konten yang memperlihatkan situasi kekejaman Israel di Gaza.
Emoji semangka dipakai untuk menggantikan bendera Palestina, yang mana peluang sensornya jauh lebih besar di Sosmed tersebut. Emoji semangka dianggap telah mewakili bendera Palestina: merah, hijau hitam.
Inilah yang disebut algospeak (penggunaan simbol secara online untuk menghindari sensor konten), menurut TechCrunch, sebagaimana dilansir BertuahPos.com dari CNBC Indonesia, Senin, 13 November 2023.
Algospeak dianggap strategi paling ampuh untuk menghindari shadowbanning (pembatasan penyebaran konten tertentu tanpa pemberitahuan) — istilah ini yang mengacu pada post atau aktivitas di media sosial tidak tampak bagi orang lain.
Sebegitu terkenalnya semangka untuk Palestina, sebenarnya bukan hal baru karena adanya sensor dari Sosial Media.
Buah yang biasa panen di musim panas (di Indonesia) ini telah ada selama puluhan tahun silam, sebagai hasil dari sensor atas segala bentuk perwakilan bendera Palestina di wilayah Palestina yang dijajah Israel.
Artinya, buah semangka telah lama dijadikan simbol, jauh sebelum adanya emoji. Di Pelastina, buah ini bahkan sama seperti zaitun yang mampu mewakili simbol nasionalisme di Paletina dan selalu hadir melengkapi hidangan mewah di Gaza, seperti: fatet ajer, laseema, atau qursa.
Asal mula penggunaan warna merah, hijau, dan hitam sebagai pengganti bendera adalah kebijakan militer Israel yang melarang segala bentuk kerumunan warga Palestina. Imaji bendera dan literatur Palestina juga dilarang total.
Warga Palestina kemudian mulai menggunakan warna untuk menghindari larangan tersebut. Sebagai respons, tentara Israel mulai menyasar seniman yang menggunakan warna merah, hijau, dan hitam.
Namun, ada mitos yang beredar. Pertama kalinya semangka hadir sebagai simbol menggantikan bendera Palestina setelah ditutupnya sebuah pameran seni oleh tentara Israel pada 1980.
Menurut laporan National pada 2021, Issam Badr, salah seorang seniman yang dibredel bertanya kepada perwira Israel, “Bagaimana jika saya cuma ingin melukis semangka?” Sang perwira merespons, karyanya tetap akan disita.
Sliman Mansour, seniman lainnya yang ikut dalam pameran tersebut punya cerita yang sedikit berbeda. Menurutnya, justru perwira Israel yang berkata kepada Badr, “Bahkan jika kamu melukis semangka, akan disita.”
Hal ironi pernah terjadi di tahun 1993. “Seorang remaja di Gaza ditangkap oleh tentara Israel karena dia berlari membawa sepotong buah semangka,” menurut laporan The New York Times.
Sayangnya, media itu menarik laporannya karena tak bisa diverifikasi.
Semangka mulai digunakan secara luas setelah Intifada Kedua pada awal 2000-an. Pelukis bernama Khaled Hourani terinspirasi dari kisah soal Mansour dan membuat seri sablon “Cerita Semangka” yang kemudian diterbitkan dalam kompilasi seni Palestina pada 2008.
CNBN Indonesia melaporkan, suburnya semangka yang tumbuh di TikTok, Instagram, dan Facebook dalam beberapa pekan terakhir bukan tanpa alasan. Selain di media sosial, bendera Palestina juga sulit dipamerkan di dunia nyata.
Singapura, misalnya, melarang “simbol terkait perang” dipertunjukkan di ruang publik tanpa izin, termasuk bendera. Anggota kabinet Inggris, Suella Braverman, menyatakan pengibaran bendera Palestina bisa dianggap sebagai tindak kriminal jika digunakan untuk glorifikasi tindak terorisme.
Di Amerika Serikat, salah seorang anggota kongres AS mengusulkan aturan larangan bendera asing di gedung Capitol. Usulan regulasi ini dinilai sebagai respons terhadap aksi Rashida Tlaib, anggota kongres AS lainnya, yang memasang bendera Palestina di pintu kantornya.***