BERTUAHPOS.COM — Arkeologi, lazimnya meneliti tentang situs budaya, artefak, fitur, dan ecofak. Objek penelitian ini biasanya merupakan peninggalan pra sejarah. Namun, seorang arkeolog Universitas Indonesia (UI) Dr Ali Akbar, menyajikan arkelogi lewat objek data Al-Quran. Bagaiman ceritanya?
“Arkelogi Al-Quran (Quranic Archaeology) salah satu cabang arkeologi. Menggunakan Al-Quran — sebagai objek atau data arkeologi-nya — merupakan benda tertulis yang dapat menjadi data arkeologi,” kata Ali Akbar, saat dihubungi via seluler akhir September 2020.
Pemilihan Al-Quran sebagai data arkelogi ini tertuang dalam kompilasi tulisannya yang diberi judul Arkelogi Al Quran; Penggalian pengetahuan keagamaan (2020). Ali mengakui kalau buku yang ditulisnya merupakan kumpulan tulisan yang pernah dimuat di media massa, khususnya Republika Online.
“Ada beberapa materi saya sampaikan saat ceramah singkat dan khutbah Jum’at di Mushola FIB UI dan Masjid Ukhuwah Islamiyah UI. Tulisannya kini disajikan dengan penyesuaian,” tambah lelaki yang 10 tahun lalu pernah riset di candi Muara Takus Riau ini.
Mengulas arkeologi lewat objek data Al-Quran, seperti yang dilakukan Ali Akbar, dianggap sebuah terobosan baru dalam dunia arkeologi. Rektor UI (2014-2019), Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M Met, dalam testimoninya mengungkapkan, terobosan yang secara khusus mengembangkan Arkeologi Al-Quran merupakan hal yang baru dan unik.
“Ini tergolong baru di tingkat nasional, bahkan tergolong baru di tingkat dunia. Dia telah membuat artikel di jurnal internasional menyasar akademisi dan ilmuwan. Dia menyampaikan tulisan dalam bentuk buku menyasar kalangan yang lebih luas lagi,” ungkapnya memberi penilaian.
Menurut Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara (LAPAN), Al-Quran bukan ensiklopedia iptek, namun menyimpan banyak isyarat ilmiah di balik keindahan bahasanya. Disajikan popular agar awam turut menyelaminya.
Buku ini (yang ditulis Ali Akbar) menjadi bagian upaya penting mengungkap lapis-lapis Arkeologi Al-Quran.
“Dan bisa menjadi kajian penting menangkap keindahan kemukjizatan kitab suci Islam itu,” kata Habiburrahman El Shirazy, budayawan, Ketua Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam MUI Pusat, penulis novel best seller Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih ini. (bpc5)