Sejak diluncurkan pada Agustus 2021 oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Program Makmur berhasil mengiktirafkan produktivitas hasil pertanian di dalam negeri. Itulah mengapa tujuan ‘memajukan usaha rakyat’ menjadi makna paling melekat dalam program ini.
Memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu keyakinan kuat, integritas tinggi, pemikiran teruji, hingga loyalitas yang tak mudah mati. Pengawasan hingga pendampingan intensif sangat dibutuhkan, mulai dari pengelolaan budidaya tanaman, digital framing, hingga mekanisme pertanian yang benar-benar matang.
Pengaplikasian Program Makmur bukan kaleng-kaleng (istilah anak muda zaman kini). Program ini benar-benar disiapkan pemerintah dari hulu ke hilir. Mulai dari akses permodalan, perlindungan risiko pertanian, hingga offtaker yang menjamin hasil produksi pertanian terserap dengan harga jual kompetitif. Tujuan akhirnya tentulah sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
PT Mega Eltra sebagai anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) telah memantapkan diri untuk mengemban amanat pemerintah—melalui Kementerian BUMN—untuk menjalankan Program Makmur di Desa Sinepis, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai. Seluas 4.000 hektar lahan tidur di daerah itu, secara bertahap akan disulap menjadi kebun jagung.
“Mega Eltra menjadi koordinator dan supervisi untuk Program Makmur di Riau, seperti yang telah diamanahkan Pak Erick Thohir. Nah, besar harapan kami program yang akan kita terapkan di Desa Senepis, bisa berjalan dengan hasil yang memuaskan,” kata Kepala Cabang PT Mega Eltra di Pekanbaru, Widya Santi, kepada Bertuahpos.com, Senin, 17 Oktober 2022, saat disambangi kantornya Jalan Parit Indah, Pekanbaru.
Dia mengungkapkan, lahan seluas 4.000 hektar di desa itu akan dimanfaatkan petani untuk bertanam jagung secara bertahap. Hasil produksi jagung itu nantinya akan menjadi sumber bahan baku untuk produk-produk turunannya.
Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Program Makmur di Dumai
Dalam program ini, PT Mega Eltra menjadi jembatan untuk mempertemukan antara petani dengan pemberi modal (perbankan). Adapun bank-bank yang diutamakan untuk dikerjasamakan dengan petani tentulah bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah (PBD) setempat.
Setelah kedua belah pihak (perbankan dan petani) menemukan kata sepakat untuk permodalan, Mega Eltra kemudian akan menjalankan peran sebagai agro input untuk para petani, mulai dari kebutuhan benih, pupuk, dan hal-hal lain yang diperlukan selama masa tanam.
Mekanismenya, petani tidak akan menerima modal dalam bentuk uang dari perbankan, melainkan dalam bentuk benih dan semua kebutuhan penunjang pertanian yang disuplai oleh Mega Eltra dari sumber permodalan tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, dalam prosesnya, Mega Eltra juga menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dari Universitas Riau. Sebelum lahan pertanian itu ditanam bibit jagung, LPPM akan melakukan tugasnya untuk melakukan analisis kondisi tanah, sehingga diketahui unsur-unsur apa saja yang diperlukan untuk memaksimalkan tumbuh kembang bibit jagung.
Misal, hasil analisis dari LPPM ternyata diperlukan jenis pupuk tertentu untuk menunjang tumbuh kembang tanaman jagung, sehingga mendapatkan hasil panen yang maksimal. Maka, rekomendasi itu akan jadi landasan bagi Mega Eltra untuk menyuplai kebutuhan petani.
Selain itu, Mega Eltra akan menggaet instansi terkait di pemerintahan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para petani. Sembari mereka bercocok tanam, para petani akan terus diberi pelatihan-pelatihan, agar petani mendapatkan wawasan mengenai tata cara bercocok tanam yang lebih modern.
Polanya, jelas Widya, untuk luas 50 hektare lahan jagung akan ada 1 orang supervisi dan 2 pengawas. Mereka akan terus memberikan pengawalan kepada petani jagung selama masa bercocok tanam. Artinya, para petani tidak lagi menggunakan sistem tradisional dengan adanya para tenaga ahli yang dihadirkan oleh Mega Eltra.
“Apapun nanti yang menjadi kendala petani, mereka ini lah yang bertugas untuk menyelesaikan,” tutur Widya.
Persoalan klasik yang biasa dihadapi petani, terkait pemasaran produk hasil pertanian. Seringkali jerih payah petani selama berbulan-bulan menanam, merawat tanaman, hingga dapat hasil panen melimpah, tak berbuah manis karena bingung di pemasarannya.
Lagi pula, proses penanaman jagung ini dilakukan secara serentak, maka panen juga akan berlangsung di waktu yang sama. Di saat situasi seperti ini hukum ekonomi akan mengambil perannya sendiri. Hasil panen melimpah, harga jatuh.
Untuk mengantisipasi hal demikian, Widya menjelaskan, Mega Eltra sejak awal telah menyatakan komitmen bahwa mereka lah yang menjadi offtakernya. Mega Eltra sepenuhnya akan menampung hasil panen jagung petani, lalu akan mendistribusikannya ke PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, dan perusahaan sejenis lainnya yang dikerjasamakan.
“Karena kami tahu untuk di Riau ini mereka masih kekurangan bahan baku jagung ya, untuk kebutuhan produksinya. Insya Allah, dengan Program Makmur ini akan teratasi masalah-masalah dasar di sektor pertanian kita, khususnya di Riau ini. Dan pastinya program ini berkelanjutan tidak hanya terbatas pada komoditi jagung. Akan ada banyak komoditi pertanian lainny saya yang akan dikembangkan dengan konsep dan mekanisme sama,” sebutnya.
Meski untuk tahap awal akan berlaku pola B to B, ke depan, Mega Eltra punya mimpi yang besar, yakni hadirnya pabrik pengolahan jagung pipil di Kota Dumai, sebagai sarana utama penyerapan pasar hasil produksi pertanian jagung. Mengingat, Riau memang belum punya pabrik seperti ini.
Program Makmur pertanian Jagung di Dumai ini, sudah diujung jalan. “Tinggal menunggu beberapa hal yang harus diselesaikan, dan sudah bisa jalan,” sebutnya.
Didukung Penuh Pemerintah Daerah
Pemerintah Provinsi Riau menyambut baik program ini sebagai upaya terwujudnya kemandirian pangan di daerah, khusus pada komoditi jagung. Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengatakan, dorongan kepada masyarakat untuk pengembangan pertanian berbasis pemanfaatan lahan tidur sudah sejak dulu digagas. Namun hasilnya memang masih belum maksimal.
Menurutnya, melalui Program Makmur, pemanfaatan 4.000 hektare lahan tidur untuk ditanami jagung jelas memberi semangat baru di sektor pertanian di daerah serta menjadi motivasi bagi para petani lain untuk sadar, bahwa sektor pertanian di Riau sangat menjanjikan.
“Kami berharap besar program ini berjalan sesuai harapan agar nanti bisa kembangkan ke daerah-daerah lain. Potensi pertanian kita di Riau ini tidak hanya di Dumai. Tapi seluruh kabupaten/kota di Riau potensial untuk pertanian dengan komoditas unggulannya masing-masing,” ujarnya
Dia menambahkan, eksistensi sektor pertanian—sebagai sektor penopang ekonomi masyarakat di Riau—memang perlu didukung peningkatan kapasitas sumberdaya manusia oleh semua pihak, melalui perbaikan irigasi, perbenihan, kelembagaan, mekanisasi pertanian, KUR, hingga asuransi pertanian.
Menurut data yang dikeluarkan Pemprov Riau, sepanjang tahun 2021, Riau mampu menghasilkan sebanyak 17.218 ton jagung yang mana komoditi ini menjadi tanaman pangan utama di Riau selain padi.
“Kita juga membuka diri untuk berkolaborasi dengan Mega Eltra, mengingat sebelumnya Pemprov Riau juga sudah melakukan pengembangan jagung melalui tanaman sela pada lahan-lahan perkebunan dan mendorong pemanfaatan sawah yang tidak produktif dengan tanaman jagung,” sebutnya.***