BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU— Ikan salai atau sale merupakan ikan yang dikeringkan dengan proses pengasapan sehingga nilai gizi dan kandungan vitaminnya masih utuh. Tak heran banyak orang yang sangat menyukainya dan permintaan pasar untuk ikan salai ini juga cukup tinggi. Riwanto, nasabah Bank Riau Kepri Syariah Cabang Bangkinang ini, salah satu pengusaha ikan patin salai yang memenuhi permintaan pasar di beberapa daerah seperti Petapahan, Flamboyan, Kandis, Duri dan Kota Dumai dengan produksi 2,7 ton setiap minggunya.
Di usia yang masih sangat muda, putra asli Kampar kelahiran Pulau Gadang 11 Juni 1988 silam ini sudah memiliki usaha budi daya kolam ikan sebanyak 25 kolam ikan patin di lahan seluas 4,5 hektare, usaha pembibitan ikan patin, usaha pengolahan ikan patin asap dan usaha pembuatan pakan ikan dengan total 30 orang pekerja yang merupakan masyarakat tempatan.
Pembiayaan yang diperolehnya dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Riau Kepri (BRK) Syariah dengan margin yang rendah dan pengurusan yang sangat cepat ternyata sangat membantunya mengembangkan usaha yang sudah dirintisnya sejak 2017 silam di Kampung Patin atau Desa Koto Masjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
“Pertama beli kolam itu setengah hektare, terus berlanjut sampai di 25 kolam ikan patin saat ini, rata-rata kolamnya luas 15×20 meter dengan isi 40 ribu ekor ikan patin dan 20×30 meter dengan isi 60 ribu ekor ikan patin,” katanya, Senin (20/2/2023).
Diceritakan Riwanto, pertama setelah lulus kuliah 2012 di Jurusan Teknik Informatika UIR, ia merantau untuk mencari pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Banyak sudah bidang pekerjaan yang ditekuninya mulai dari pegawai Finance, pendamping desa, PNPM Mandiri dan staf IT di salah satu universitas, hingga pada akhirnya ia memilih untuk pulang ke kampung halaman dan mempelajari tentang pembibitan ikan patin.
“Merantau dengan niat ingin mencari jati diri pada akhirnya merasa jenuh dengan aktivitas pekerjaan yang sudah ada, akhirnya tahun 2016 saya pulang ke kampung. Ayah saya juga dari dulu memang sudah memiliki kolam ikan patin, tetapi tidak punya tempat pengasapan ikan. Jadi saya termotivasi untuk mengembangkan usaha bapak ini dan mengajukan pinjaman modal ke Bank di tahun 2017, selama 2 tahun lunas. setelah itu saya tidak punya pinjaman apapun,” kata suami dari Danna Hadianti Afla, 26, ini.
“Yang pertama setelah membuat kolam, saya pelajari dulu tentang pembibitan ikan patin ini dengan harapan nantinya semua kolam kita bibitnya dari pembenihan kita sendiri, tidak beli dari luar. Beberapa pekerja juga saya bawa untuk mempelajari teknis pembibitan ini,” katanya sambil memperlihatkan kolam-kolam pembibitan ikan patin yang masih berusia 15 hari dan siap diturunkan ke kolam besar setelah bibit ikan tersebut berusia 25 hari.
Dijelaskan Riwanto, dari pembibitan menggunakan teknologi tepat dan ramah lingkungan yang dilakukannya setiap bulan menghasilkan sekitar 400.000-800.000 bibit patin. Selain untuk kolam besarnya, jumlah itu juga bisa memenuhi permintaan mitra kerja sama yang biasa memasok ikan patin ke tempat usaha pengasapannya.
“Kalau 400 ribuan bibit patin itu sudah cukup untuk 25 kolam besar kita, makanya jika lebih dari itu bibit yang kita hasilkan, bisa jual ke mitra kerja sama kita. Karena ikan dari kolamnya juga nanti akan di jual lagi ke tempat pengasapan kita. Sedangkan dari 25 kolam besar yang ada, setiap bulannya hanya 3 kolam ikan patin yang dipanen untuk diasap,” sebut Riwanto.
Dijelaskan Riwanto, produksi ikan asapnya dilakukan 2 kali seminggu dengan hasil mencapai 2,7 ton. Sebelum disalai, ikan basah yang masuk itu mencapai 8 hingga 9 ton dan itu bukan dari kolam sendiri tapi ada juga yang dari kolam masyarakat yang sudah bermitra tersebut. Saat ini, ada hama pada ikan yang membuat pertumbuhan ikan tidak maksimal dan lebih lama panen dari waktu panen standarnya, makanya itu kita juga menerima ikan basah dari kolam warga.
“Ikan yang kita panen itu usia 4 sampai 5 bulan, atau dengan berat hampir 2 ons per ekornya. Berat ikan salai yang menjadi permintaan pasar itu memang paling banyak untuk berat tersebut, biasa kita sebut dengan tipe super. Ada tipe menengah dan besar juga yang biasa menjadi permintaan restoran besar atau untuk rumah pribadi. Seperti daerah Medan, itu mereka mintanya yang besar, ikan salai yang berdaging,” katanya.
“Kemudian mitra kita ini, selain beli bibit dari kita, pakan ikannya juga dari kita. Karena produksi pakan kita juga cukup tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan kolam-kolam masyarakat di sekitar sini. Bahkan untuk mitra yang juga punya pengolahan pakan ikan sendiri, bahan bakunya juga beli dari kita,” tambahnya lagi.
Riwanto mengaku mengetahui pembiayaan KUR BRK Syariah ini dari mitranya yang sudah lama menjadi nasabah Bank Riau Kepri Syariah. Dari info yang diterimanya terkait pembiayaan tersebut, Riwanto tertarik dan mendatangi kantor BRK Syariah Cabang Bangkinang untuk mendapatkan informasi lengkap terkait hal tersebut dan mengajukan pembiayaan.
Bahkan Riwanto memuji pelayanan BRK Syariah yang sangat ramah. “Prosedur untuk mendapatkan pembiayaan di BRK Syariah juga tidak terlalu rumit, kita tinggal melengkapi syarat yang ditentukan oleh pihak Bank, kemudian jika lolos BI Cheking, usaha kita langsung disurvei dan menunggu proses untuk akad.
Dengan adanya tambahan modal dari pembiayaan yang saya dapat, masyarakat dan mitra-mitra kami juga jadi terbantu,” kata Riwanto.***