BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Libur panjang Idulfitri 1446 H yang baru saja berakhir menyisakan persoalan pelik di Kota Pekanbaru: tumpukan sampah yang menggunung di berbagai titik kota. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan warga, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Pantauan di lapangan sejak H+2 Lebaran menunjukkan, sejumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS) di kawasan padat penduduk seperti Kecamatan Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki dipenuhi tumpukan sampah yang meluber hingga ke badan jalan. Aroma tidak sedap pun tercium di sekitar lokasi, mengganggu aktivitas warga.
Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru, volume sampah mengalami lonjakan hingga lebih dari 30% dibandingkan hari biasa. Jika pada kondisi normal jumlah sampah harian mencapai sekitar 900 ton, selama dan setelah libur Lebaran, angkanya naik menjadi sekitar 1.200 hingga 1.300 ton per hari.
Kepala DLHK Kota Pekanbaru, Zulfikri Ahmad, mengakui bahwa lonjakan volume sampah ini terjadi hampir setiap tahun pasca-Lebaran. “Peningkatan konsumsi rumah tangga, penggunaan kemasan sekali pakai, serta limbah dari makanan menjadi penyebab utama. Ditambah lagi, tidak semua armada pengangkut beroperasi penuh selama libur, karena sebagian besar petugas juga mengambil cuti Lebaran,” jelasnya saat dikonfirmasi Rabu (9/4).
Pihak DLHK menyatakan telah menyiagakan tim kebersihan tambahan dan menurunkan lebih banyak armada truk pengangkut untuk mempercepat proses pembersihan. “Kami menargetkan backlog sampah yang menumpuk bisa dibersihkan dalam waktu tiga hari ke depan. Armada akan bekerja ekstra, termasuk pada malam hari,” tambah Zulfikri.
Sementara itu, warga mengeluhkan lambatnya penanganan sampah oleh pemerintah kota. Ani (35), warga Jalan Paus, mengungkapkan rasa kecewanya. “Sudah tiga hari sampah di dekat rumah tidak diangkut. Baunya menyengat dan bikin risih. Kami khawatir ini jadi sarang lalat dan penyakit,” katanya.
Tak hanya berdampak pada kenyamanan, tumpukan sampah ini juga menimbulkan potensi banjir lokal jika hujan turun, karena saluran air tersumbat oleh sampah yang berserakan.
Pemerhati lingkungan di Pekanbaru, Andri Saputra, menyebut bahwa kejadian seperti ini seharusnya bisa diantisipasi lebih baik. “Ini bukan kejadian baru. Pemerintah kota perlu memperkuat sistem pengelolaan sampah, termasuk edukasi ke masyarakat soal pemilahan dan pengurangan limbah, serta memiliki skenario darurat untuk lonjakan pasca-libur,” katanya.
DLHK juga mengimbau masyarakat untuk membuang sampah secara tertib, tidak membuang ke luar jam yang ditentukan, dan sebisa mungkin mengurangi penggunaan plastik sekali pakai serta memanfaatkan fasilitas daur ulang yang tersedia.
Masalah sampah memang bukan hal baru di Pekanbaru. Namun, peristiwa pasca-Lebaran ini menjadi cerminan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan kota yang bersih, sehat, dan nyaman bagi semua.***