BERTUAHPOS.COM — Panglima Komandan Patriot Revolusi [Kopatrev] Petrodes Mega MS Keliduan mengatakan, bahwa sikap mengambil langkah hukum atas dugaan kasus rasis Ruhut Sitompul, harus dilakukan.
Dia bahkan menyebut sikap yang akan akan tetap diambil bahkan sekalipun jika meme itu bukan ditujukan ke Anies Baswedan. “Kalaupun dilakukan kepada selain Anies, saya akan bersikap sama,” katanya, dikutip Minggu, 15 Mei 2022.
Mega menjelaskan, dia akan tetap menempuh jalur hukum meredam kemarahan rakyat Papua. Menurutnya, apa yang dilakukan Ruhut Sitomul dalam unggahannya di Twitter berpotensi eskalasi kemarahan warga Papua. “Saya berharap, semoga rakyat Papua memaafkan,” terangnya.
Untuk itu, Mega mendesak polisi untuk segera memproses Ruhut. Mega juga berharap tidak ada lagi rasisme terhadap masyarakat Papua.
“Maka saya meminta kepada kepolisian agar melihat masalah ini dari seluruh aspek secara holistik. Tidak ada lagi rasis bagi rakyat Papua di Indonesia, hukum harus tegak lurus,” tegasnya.
Petrodes Mega MS Keliduan telah melaporkan politikus PDIP Ruhut Sitompul dalam kasus rasis, setelah yang bersangkutan unggah meme Anies Baswedan mengenakan pakaian adat Papua lengkap dengan koteka, ke akun sosial medianya.
Kostum seperti yang dikenakan Anies dalam meme tersebut merupakan pakaian adat Suku Deni di Papua. Kata dia, itu pakaian adat yang sakral dan tak pantas dipakai untuk mem-bully Gubernur DKI Jakarta itu.
Mega menyebut postingan Ruhut Sitompul sangat tak etis, terlebih diduga untuk tujuan mengolok-olok Anies. Itulah alasan Mega melaporkan Ruhut Sitompul ke polisi.
‘Ruhut adalah pem-bully Anies. Ruhut meng-upload foto yang diduga editan menggunakan wajah Anies yang mengenakan pakaian adat Papua dan sebagai orang yang dengan track record pem-bully Anies, maka diduga kuat foto itu dipakai untuk mengolok-olok Anies,” ujar Mega seperti dikutip dari detikcom, Sabtu, 14 Mei 2022.
Sebagai warga asli Papua, Mega sangat tidak terima dengan perlakuan Ruhut Sitompul. “Sangat tidak pantas pakaian adat Papua yang begitu sakral digunakan untuk mengolok-olok. Tentu (kami keberatan) karena baju adat kami dipakai oleh Ruhut untuk mengolok-olok lawan politiknya.”
Dari kasus Ruhut, kata dia, sekali lagi membuktikan bahwa serangan-serangan rasisme terhadap masyarakat Papua di Indonesia, hingga kini masih terus terjadi. Dia pun menyayangkan mengapa identitas masyarakat Papua kerap menjadi sasaran rasialis sekelompok orang.
“Nilai historis dan ingatan rasisme yang terus rakyat Papua terima, membuat hal semacam ini tidak bisa dianggap remeh. Terutama dalam situasi Papua yang sedang panas karena beberapa isu yang lain, jadi semua aspek yang di-upload oleh Ruhut itu; Anies, baju adat, caption, dan track record Ruhut sebagai pem-bully Anies***