BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Berita proklamasi menyebar ke seluruh Indonesia, hingga sampai ke Sultan Siak di Istana Siak. Waktu itu, Kerajaan Siak Sri Indrapura masih utuh, dengan kekuasaan penuh di tangan Sultan Syarif Kasim II.
Sang sultan kemudian mendukung kemerdekaan Indonesia. Bulan Okober 1945, dikutip dari tirto.id, Sultan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Barisan Pemuda Republik di Siak Sri Inderapura.
Di depan Istana Siak, diadakan upacara menaikkkan bendera merah putih. Sumpah setia kepada Republik Indonesia juga diucapkan.
Tanggal 24 November 1945, Sultan Syarif Kasim II mengirimkan kawat ke Soekarno. Isinya adalah Siak Sri Indrapura adalah bagian dari Republik Indonesia.
Sultan Syarif Kasim juga turun dari tahta, dan menyerahkan mahkotanya menyerahkan kekayaan sebanyak 13 juta gulden. Jika dalam rupiah, kekayaan yang diserahkan Sultan Syarif Kasim setara dengan Rp1 triliun lebih. Uang yang sangat banyak di waktu itu, dan mampu menyokong perjuangan Indonesia.
Sultan Syarif Kasim juga berperan aktif membujuk raja-raja yang ada di Sumatera bagian timur untuk bergabung dengan NKRI.
Setelah masa damai, sultan sempat tinggal di Jakarta, namun kemudian menghabiskan masa tuanya di Siak. Pada 23 April 1968, Sultan Syarif Kasim II, sultan terakhir Kerajaan Siak Sri Indrapura, wafat.
Namanya kemudian dijadikan nama Bandara di Pekanbaru. 6 November 1998, Pemerintah RI memberikannya gelar Pahlawan Nasional. (bpc4)