BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kenapa kuliner khas Riau masih sangat minim tersaji di restoran dan hotel, terutama di Pekanbaru?
Secara umum, kuliner khas Riau memang ada dalam daftar menu. Namun itu tidak banyak, alias dapat dihitung jari tempat-tempat memasukkan kuliner khas daerah Bumi Lancang Kuning ini dalam daftar menu mereka.
Pada beberapa kali Ajang Pesona Indonesia (API) sejumlah kuliner khas Riau sudah masuk dalam daftar nominasi, seperti sempolet, minuman Air Mata Pengantin, Laksamana Mengamuk dan beberapa jenis makanan dan minuman khas lainnya.
Namun minuman ini memang tidak selalu tersedia di hotel dan restoran di Pekanbaru, apalah lagi di tempat-tempat makan kelas menengah.
“Memang masih kalah, tapi kita sudah mulai, kok,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau Roni Rakhmat saat dihubungi Bertuahpos.com, Senin, 11 Oktober 2021.
“Semua hotel sekarang sudah mulai menyajikan kuliner khas Riau, ya. Bahkan termasuk juga di pihak penyelenggara event-event baik di lingkungan pemerintahan atau non pemerintahan, sudah disarankan agar menyajikan makanan khas Riau,” ungkapnya.
Roni mengakui, untuk jenis makanan berat khas Melayu Riau kecenderungan memang harganya lebih mahal dari makanan biasa.
Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa masih minimnya hotel dan restoran di Pekanbaru memasukan kuliner tersebut dalam daftar menu mereka. “Itu pula mungkin yang membuat kuliner khas kita tidak populer di kalangan wisatawan,” jelasnya.
Sedangkan untuk faktor selera, kata Roni, itu relatif, mengingat masakan-masakan khas melayu Riau selama ini cenderung bisa diterima di banyak lidah orang Indonesia. Apalagi, keseharian masyarakat di Riau jenis masakan yang mereka nikmati juga seperti itu.
“Jadi catatan kami, memang perlu dilakukan pembenahan dari sisi harga masakan khas Riau agar lebih memasyarakat sehingga juga bisa dinikmati oleh banyak wisatawan,” kata Roni.
Soal menurunkan standar harga masakan khas Riau, menjadi perhatian pemerintah daerah dalam hal ini Pemprov Riau. Roni menjelaskan, dengan harga yang rendah akan memangkas kesan bahwa masakan khas Melayu Riau bukan hanya untuk masyarakat atau kalangan tertentu saja.
Roni juga mengakui, bahwa sejauh ini masakan khas Melayu Riau cenderung menjadi jamuan istimewa untuk para tamu-tamu negara atau tamu dari luar daerah.
“Saat mereka mencicipi tidak ada yang menolak. Ini tandanya masakan kita khas Melayu Riau itu bisa diterima secara umum. Tapi kalau soal harga, memang, sekali makan bisa Rp1 juta lebih,” ungkapnya.
“Kami nanti akan mendudukan lagi (masakan khas Melayu Riau) terutama untuk berkompromi soal harga. Dalam pertemuan rutin dengan PHRI kami juga sering membahas soal masakan khas Riau, kok.”
“Cuma ke depan memang perlu formulasi dan keseragaman lah, agar pihak hotel dan restoran serta pecinta kuliner bisa saling menguntungkan,” sebutnya. (bpc2)