BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Ali Imran mengakui hingga kini masih banyak warga di Malaysia yang mengira bahwa Muhammadiyah adalah Ahmadiyah.
Ini menjadai satu dari sekian banyak hambatan bagi Muhammadiyah dalam meniti perjalanan organisasi. “Jadi kita harus berusaha menjelaskan bahwa beda antara Muhammadiyah dengan Ahmadiyah. Itu pertama,” ungkapnya seperti dikutip dari laman resmi muhammadiyah.co.id, Minggu, 6 Februari 2022.
Hambatan kedua, berasal dari identitas keagamaan Malaysia, yakni Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dengan teologi Imam Abul-Hasan Al-Asy’ari dan fikih Imam Syafi’i.
Sementara itu Muhammadiyah meskipun sama-sama Aswaja tidak memiliki patokan khusus pada satu imam tertentu.
Ali Imran lantas bersyukur karena Muhammadiyah memiliki nama besar Buya Hamka dan berbagai karya sastranya yang dianggap lekat dengan bangsa Malaysia sehingga gerakan dakwah Muhammadiyah secara perlahan dapat diterima.
“Jadi dengan membawa nama Buya Hamka mereka bisa menerima Muhammadiyah dengan mengatakan bahwa Buya Hamka adalah tokohnya Muhammadiyah,” terangnya.
“Atau kita mengedepankan sisi-sisi lain dari Muhammadiyah, baik dari sisi pendidikannya, program kesehatannya, produk di bidang sosialnya.”
“Menceritakan bagimana Muhammadiyah memiliki sekian universitas, sekian rumah sakit dan sebagainya. Ini mungkin lebih mudah diterima oleh masyarakat lokal,” ungkap Ali.
Jumlah warga PCIM Malaysia dia perkirakan sebanyak dua ribu orang dengan anggota aktif sebanyak 500 orang. Satu persen di antara mereka menurutnya adalah warga negara Malaysia.
“Tapi ranting-ranting ini masih di dua negeri yaitu di Kuala Lumpur dan Selangor,” kata Ali Imran. (bpc2)