BERTUAHPOS.COM – Harga tiket pesawat domestik di Indonesia yang tinggi telah menjadi keluhan masyarakat, terutama mencuat menjelang Lebaran kemarin.
Rima (34) warga asal Pekanbaru, bersama 2 anak dan suaminya baru usai melakukan perjalanan wisatanya ke Negeri Jiran, Malaysia. Negeri serumpun ini diputuskan menjadi destinasi wisata alternatifnya setelah hitung-hitungan rencana awalnya ke Yogyakarta tak masuk budget. Terutama di ongkos transportasi.
“Harga tiket sekali penerbangan ke Jogja, bisa untuk pulang pergi ke Malaysia. Budget-nya nggak masuk kalau ke Jogja. Jadi kami alihkan ke Malaysia dan budgetnya ternyata jauh di bawah,” ungkapnya kepada Bertuahpos.com, Rabu, 8 Mei 2024.
Menurutnya, tingginya harga tiket pesawat memuat menjadi alasan utama untuk mengalihkan destinasi wisata. Padahal, dia sangat ingin melancong di dalam negeri. Malaysia menjadi tujuan wisata, kata dia, berkat rekomendasi dari salah seorang teman yang lebih dulu melakukan perjalanan ke sana.
“Setelah dihitung-hitung, budget-nya masuk, kita berangkat. Paling tambahannya bikin paspor. Kalau kita dari Riau mau liburan ke Malaysia budget-nya masih masuk lah. Kalau ke Jawa agak berat,” tambahnya.
Namun, Menpar Sandiaga Uno menyatakan bahwa situasi tersebut telah mulai ditangani. “Dari segi harga tiket pesawat, situasinya sudah mulai tertangani,” katanya dalam Weekly Brief with Sandiaga Uno, pada 6 Mei 2024.
“Para maskapai telah menambah jumlah pesawat, dan kami berharap bahwa di paruh kedua tahun ini, harga tiket dapat menjadi lebih terjangkau.”
Menurutnya, Garuda Indonesia — salah satu maskapai terkemuka — telah 8 delapan pesawat untuk mengatasi masalah harga tiket pesawat domestik yang mahal. Sandi mengatakan, bahwa langkah serupa juga diikuti oleh AirAsia, Lion Air, dan TransNusa.
“Saya mendapat laporan bahwa Garuda Indonesia sudah menambah sekitar delapan pesawat, begitu juga dengan AirAsia, Lion Group, Pelita Air, termasuk Transnusa,” tambah Sandiaga.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi bulanan sebesar 0,25% pada April 2024. Kelompok pengeluaran transportasi menjadi penyumbang inflasi tertinggi, dengan transportasi udara, antarkota, dan kereta api masing-masing berkontribusi 0,06%, 0,03%, dan 0,01%.***