BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Sebuah media di Ibukota Jakarta pernah kedatangan tamu istimewa. Wajah tamu itu tak seperti manusia lazimnya. Sebab wajah tamu itu sangat lonjong.
Â
Kulitnya hitam pekat. Tubuhnya berbulu. Tangannya seperti tak bertulang. Dan yang lebih aneh lagi, di dalam mulutnya terdapat dua lidah.
Â
Tamu itu bernama Wagini. Jenis kelaminnya laki-laki. Umurnya sudah 45 tahun. Belum berkeluarga. Dan punya kekuatan supranatural tinggi. Siapa dia?
Â
Ternyata, dia adalah perpaduan antara manusia dan jin yang disebut Genderuwo. Anak Genderuwo itu berkenalan dengan para redaktur media itu dan berbagi pengalaman. Dia bercerita tentang kehidupannya yang mistis dan misterius.
Â
Dalam suasana keakraban, selama hampir tiga jam Wagini bercerita panjang lebar kisah hidupnya. Riwayat kelahirannya, tragedi yang menimpa ibunya, neneknya, dan juga ayahnya yang ada di dunia gaib.
Â
Makhluk jenis apakah Wagini ini? Benarkah dia merupakan persilangan antara ibu manusia dengan ayah makhluk halus? Bagaimana proses penyatuan dua makhluk yang berbeda alam itu?
Â
Ini kekuasaan Allah. Kalau Dia berkehendak, maka apapun yang muskil bakal tidak mustahil. Kun fayakun. Jadi, maka jadilah. Begitu pula yang terjadi pada Wagini ini.
Â
Ia ditakdirkan menjadi anak dari persilangan ibu manusia dan ayah genderuwo atau gendruwo. Kini anak gendruwo itu, untuk usia manusia, sudah dewasa. Umurnya 45 tahun. Tapi begitu, tabiatnya masih seperti anak-anak.
Â
Itu karena dalam ukuran makhluk halus, umur 45 tahun masihlah anak-anak. Taklah heran jika Wagini masih kolokan dan manja layaknya anak kecil. Namun bagaimana semua itu bisa terjadi? Untuk menguaknya, kita harus kembali pada empat puluh lima tahun ke belakang.
Â
Adalah sebuah keluarga sederhana yang tinggal di sebuah desa terpencil di Alas Purwo. Nama keluarga itu adalah Wakijem, yang baru saja disunting pemuda setempat bernama Gimo. Sejak perkawinan itu Gimo tinggal di rumah istrinya, bersama mertua perempuannya, Wakijah. Gimo bercocok tanam layaknya laki-laki desa yang lain.
Â
Pagi-pagi sekali Gimo berangkat ke ladang untuk menanam tanaman palawija. Dan sore hari, ketika matahari sudah turun dari cakrawala, dia baru kembali
pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga. Kadang kalau lagi malas, Gimo tidur di gubuk yang ada di ladang. Dan itu sering dilakukan Gimo.
Â
Istrinya yang bernama Wakijem, membantu ekonomi rumahtangganya dengan membuat makanan ringan, rempeyek. Saban siang dia mengirim makanan untuk sang suami di ladang.
Â
Yang mengejutkan, saban malam, Wakijem merasa selalu tidur bersama Gimo. Dia mengajaknya bercinta ulang kali, dan tidak sekali pun pernah istirahat.
Â
Saking seringnya hubungan intim itu, sampai-sampai Wakijem pernah mengeluh sambil bergelenjot mesra, bahwa dia lelah, karena harus terus-terusan berhubungan intim.
Â
Namun tak dipungkiri, Wakijem sangat terpuasi. ‘Gimo’ yang polos itu sangat lihai bermain cinta. Gaya bercintanya macam-macam. Ini terjadi hingga Wakijem hamil.
Â
Ketika bayi yang dikandungnya itu lahir, maka penduduk se-desa geger. Sebab bayi itu tak seperti layaknya bayi manusia. Bayi itu bayi genderuwo.
Â
Malah sebelum kelahirannya, desa dimana Wakijem tinggal disapu angin puting beliung. Dan saat bayi itu lahir, dukun bayi yang membantu kelahirannya kabur karena ketakutan.
Â
Bayi itulah yang sekarang sudah dewasa, dan bernama Wagini. (jss)