BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — “Hang Tuah, Ooo Hang Tuah.” Kalimat ini sudah termaktub dalam syair lagu yang berjudul Hang Tuah yang diciptakan oleh Husni Thamrin—pencipta lagu terkemuka asal Siak Sri Indrapura.
Secara utuh, lirik lagu ini memadukan antara sosok kesatria dan kejayaan Melayu di masa Kesultanan Malaka. Berbicara tentang kesetiaan, keperkasaan, pengorbanan, budaya dan cinta. Semakin syahdu dengan alunan nada musik khas Melayu yang merdu dan mendayu.
Jika merunut ke belakang, lagu ini diciptakan pada tahun 1988—baru dipopulerkan oleh penyanyi kondang Iyeth Bustami pada tahun 1993. Lagu ini juga masuk dalam album Cik Minah Sayang.
Para budayawan setuju bahwa apa yang tergmbar dalam lagu itu bukan semata-mata karena mitos. Hang Tuah itu benar adanya, “Dia adalah seorang panglima yang hebat di Kesultanan Malaka,” kata Pengamat budaya Melayu Mahyudin Al Yudra.
Namun, dalam beberapa hikayat Melayu, memang sosok Hang Tuah digambarkan berlebihan kesaktiannya. Padahal, pada prinsipnya dia adalah seorang panglima yang juga manusia biasa.
Hang Tuah dikenal sebagai laksamana, panglima tertinggi yang memimpin pasukan di lautan. Dalam kerajaan jawa, sama dengan patih Gajah Mada.
Berdasarkan Sulalatus Salatin atau naskah babad raja-raja yang ditulis menggunakan bahasa Arab Melayu, Hang Tuah lahir di Kampung Sungai Duyong, Malaka, sekitar 1444. Ayahnya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu.
Saat muda, Hang Tuah menguasai bidang pelayaran. Dia bersama empat kawannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, merantau dan berlayar bersama. Suatu hari, mereka bertemu dengan tiga perahu yang berisikan pasukan dari Majapahit yang ingin memperluas daerah kekuasaan.
Dalam Hikayat Hang Tuah, tergambar sifat kesatria dan kesetiaan seorang Hang Tuah. Dia dan kawannya yang lahir dari kalangan rakyat jelata bisa berhasil menjadi orang penting dan namanya termasyhur hingga kini.
Akhir kisah Hang Tuah ini mengharukan karena kisah persahabatan ini akhirnya tercerai-berai. Awalnya, Hang Tuah difitnah melakukan perzinaan dan kemudian diasingkan. Tak terima dengan hukuman yang diberikan pada sahabatnya, Hang Jebat pun memberontak dan memorak-porandakan istana raja.
Saat itu, Hang Tuah dipanggil kembali oleh raja untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh sahabatnya sendiri. Karena kesetiannya pada raja, Hang Tuah berhasil menumpas pemberontakan tersebut dan menghunuskan kerisnya ke tubuh sahabatnya, Hang Jebat. Ia tak tahu bahwa Hang Jebat melakukan pemberontakan tersebut demi membelanya.
Melihat semua kilas peristiwa yang terjadi, hatinya pun gamang, dengan nanar Hang Tuah pun kemudian meninggalkan kerajaan. Ia tak pernah lagi kembali ke posisi tingginya sebagai laksamana di Kesultanan Malaka.
Dalam liputan khusus Seri Buku Saku Tempo, Tan Malaka juga permah memainkan drama Hikayat Hang Tuah, bersama para Romusha. (bpc2)