BERTUAHPOS.COM — Cadangan devisa Indonesia terus menunjukkan peningkatan signifikan dan mencapai level tertinggi tahun ini, yakni US$151,2 miliar pada Oktober.
Kenaikan ini didorong oleh penerimaan pajak, jasa, serta pinjaman luar negeri yang masuk pada kuartal ketiga 2024.
Namun, Bank Indonesia (BI) diingatkan untuk tetap waspada terhadap risiko penurunan cadev di akhir tahun.
Ekonom Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengungkapkan kekhawatiran terkait potensi penurunan cadangan devisa.
Menurutnya, risiko ini semakin jelas terlihat akibat faktor eksternal yang berdampak pada nilai tukar rupiah.
“Salah satu kekhawatiran utama adalah tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terus berlanjut dalam beberapa bulan terakhir,” katanya.
Menurutnya, cadangan devisa Indonesia memegang peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Selama periode 2022 hingga 2024, cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan dengan fluktuasi yang mencerminkan daya tahan sektor eksternal negara ini.
Pada 2022, cadangan devisa Indonesia sempat berfluktuasi tajam, berakhir di level US$137,2 miliar.
Fluktuasi tersebut dipicu oleh kenaikan suku bunga di negara maju yang mengakibatkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada 2023, cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan di kuartal pertama dan kedua, didorong oleh peningkatan penerimaan ekspor komoditas.
Namun, di kuartal ketiga, cadangan devisa mengalami tekanan akibat kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve AS yang memperkuat dolar AS dan menekan nilai tukar rupiah.
“Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang berdampak pada penyusutan cadangan devisa. Akibatnya, pada akhir 2023, cadangan devisa tercatat sekitar US$140,2 miliar, mencerminkan upaya BI dalam menjaga likuiditas dan stabilitas ekonomi eksternal,” ujarnya.
Pada 2024, cadangan devisa Indonesia kembali menunjukkan peningkatan hingga mencapai angka tertinggi US$151,2 miliar pada Oktober.
Peningkatan ini dipicu oleh penerimaan pajak, jasa, dan pinjaman luar negeri yang masuk pada kuartal ketiga.
Meski ada peningkatan, ANH memperingatkan bahwa tanda-tanda penurunan cadangan devisa di akhir tahun semakin nyata akibat faktor eksternal.
Ia menyebutkan tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS sebagai salah satu faktor utama yang mengancam stabilitas cadangan devisa.
Gejolak ekonomi global juga menjadi ancaman besar bagi kestabilan cadangan devisa Indonesia. Ketidakpastian kebijakan moneter di AS dan negara-negara maju menciptakan volatilitas di pasar keuangan global.
“Federal Reserve cenderung terus memperketat kebijakan moneter guna mengendalikan inflasi domestik. Akibatnya, aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, terpengaruh,” tambahnya.
Ketika suku bunga AS lebih tinggi, investor cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang untuk dialihkan ke aset berdenominasi dolar AS.
Permintaan dolar yang meningkat mengakibatkan depresiasi rupiah, sehingga BI perlu mengeluarkan cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar.
Dia juga menyoroti fluktuasi harga komoditas global yang turut menentukan posisi cadangan devisa Indonesia. “Sebagai negara pengekspor komoditas, stabilitas cadangan devisa Indonesia sangat bergantung pada harga pasar global,” tuturnya.***