BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Riau sudah berakhir, setelah 6 hari kegiatan tersebut dilakukan di langit Riau.
Hujan yang mengguyur Pekanbaru dan beberapa daerah di Riau pada Minggu siang kemarin, dianggap bagian dari efektivitas pelaksanaan TMC.
Kepala BPBD Provinsi Riau, Edy Afrizal mengatakan, total sebanyak 5.020 kilogram garam disemai selama 6 hari TMC dilakukan.
“Selama beberapa pekan sejak operasi TMC dilaksanakan, sejumlah wilayah di Riau diguyur hujan,” katanya.
TMC ini bukan yang terakhir, mengingat El Nino masih akan terjadi dalam waktu yang lama.
Kata Edy, Pemprov Riau masih akan mengusulkan kegiatan serupa ke pusat. Ulusan akan dilakukan dalam waktu dekat ini. “TMC ketujuh masih akan kami usulkan,” sambungnya.
Operasi TMC dilakukan oleh Smart Cakrawala Aviation, menggunakan pesawat jenis Pilatus PC-6.
Sementara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan sebagai supervisor pelaksanaannya.
Terakhir fokus operasi TMC di lakukan di tiga daerah.Yakni di wilayah Kabupaten Kampar, Kuansing dan Rokan Hulu.
Total garam atau NaCL yang disemai di awan potensial di tiga wilayah pada operasi TMC saat itu sebanyak 500 kilogram.
Mengutip dari situs BPPT (Sekarang jadi Pusat Sains BRIN), MTC adalah satu dari sekian upaya untuk melakukan modifikasi terhadap kondisi cuaca, agar sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam kasus Karhutla, TMC dilakukan agar intensitas curah hujan meningkat.
Harapannya, kadar air di lahan gambut naik dan tingkat kelembabannya juga tinggi. Jikapun terjadi kebakaran, maka api tak bertahan lama.
Selama ini, masyarakat mengenal TMC menggunakan pesawat yang menghantarkan bahan semai berupa NaCl ke awan melalui udara.
Ternyata, ada metode lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, diantaranya dengan menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis
Kedua metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya.
Tak heran, metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.***