BERTUAHPOS.COM – Bawang merah menjadi bumbu utama dalam jutaan jenis kuliner Indonesia. Namun, komoditi ini seolah “terperangkap dalam lingkaran setan” hingga membuat harganya kian tinggi.
Faktanya, produksi bawang merah secara nasional melebihi permintaan pasar. Namun, distribusi yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan harga melonjak.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bawang merah mencapai 30,7% month to month (m to m) pada April 2024, berkontribusi 0,14% terhadap inflasi nasional. Harga melonjak akibat terganggunya produksi di sentra-sentra utama di Pulau Jawa akibat banjir di beberapa daerah sentra produksi, seperti Brebes, Cirebon, Kendal, Grobogan, Pati, dan Demak.
Musim tanam juga mempengaruhi fluktuasi harga, dengan harga murah saat panen raya dan tinggi saat off season. Dr. Retno Pangestuti dari Pusat Riset Hortikultura, BRIN, menyampaikan riset dan inovasi teknologi terkait bawang merah.
Saat ini, lembaga riset itu tengah merumuskan prioritas riset jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mendukung ketersediaan bawang merah sepanjang tahun.
“Riset jangka pendek fokus pada teknologi untuk eksplorasi dan seleksi varietas unggul, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan pengembangan teknologi spesifik untuk sentra-sentra baru di luar Jawa,” tuturnya.
Dia menyebut, sentra baru ini diharapkan dapat menjadi penyangga saat pasokan menurun di sentra utama. Fokus lainnya adalah perbaikan teknologi perbenihan dan inovasi teknologi ramah lingkungan.
Riset jangka menengah mencakup pemetaan kesesuaian lahan teknis dan sosial ekonomi, budidaya cerdas dengan IoT dan IoA, serta pengembangan teknologi pasca panen dan produk olahan bernilai tinggi.
Adapun untuk riset jangka panjang, BRIN akan membangun data dasar terkait bawang merah dan kerabatnya di tingkat omics, serta merakit varietas unggul melalui rekayasa genetika dan genom editing.
“Pemanfaatan bahan aktif bawang merah untuk pangan fungsional, biofarmaka, dan industri kecantikan juga akan dikembangkan,” tutur Retno.
Pengembangan produk olahan akan menyerap kelebihan produksi bawang merah nasional dan mendukung hilirisasi produk. Dukungan sarana dan pendanaan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mencapai output riset ini, menjadi harapan bersama para periset BRIN.***