BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Gubernur Riau, Syamsuar sejak akhir pekan lalu telah mengunjungi beberapa sentra yang dianggap mampu untuk mengatasi masalah pangan daerah di tengah wabah COVID-19 di Riau yang kian menggila.
Dalam situasi serba mepet, ada beberapa usulan yang dikeluarkannya. Misalnya meminta Pemkab/kota di Riau untuk memanfaatkan lahan kosong agar ditanami komoditi penopang ketahanan pangan, menyarankan warga untuk menanam padi, jagung dan ubi, memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam, termasuk mempersiapkan sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Inhil sebagai bahan pangan cadangan.
“Di tegah COVID-19, lalu kita menghadapi bulan Ramadhan dan lebaran, kami khawatir kebutuhan pangan dan sayur langka. Maka perlu dilakukan antisipasi,” kata Syamsuar, Minggu, 26 April 2020.
Memang beberapa tempat yang didatangi Syamsuar sejak Sabtu dan Minggu akhir pekan lalu, adalah lahan-lahan sentra tanaman sayur dan buah-buahan. Namun ada yang lebih vital tapi seolah terlupakan, seperti beras, yang menjadi kebutuhan pokok pangan warga. Kekhawatiran Syamsuar soal ketersediaan pangan di tengah pandemi COVID-19 memang beralasan. Sebab produksi beras di Riau pada tahun 2019 lalu sudah mengalami penurunan signifikan.
Kemampuan Provinsi Riau secara swadaya untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya dari komoditas beras, tercatat mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau tercatat sepanjang tahun 2019, total jumlah produksi beras secara swadaya 131.820 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 20.270 ton atau 13,33% jika dibandingkan tahun 2018.
Metode penghitungan yang dilakukan BPS menggunakan sampel dengan memanfaatkan citra satelit dari Badan Informasi dan Geospasial (BIG) serta peta lahan baku sawah yang tercatat dapam data ATR/BPN, sehingga didapatlah angka estimasi luas panen padi dari sawah-sawah masyarakat.
BPS mencatat bahwa produksi beras itu merupakan hasil konversi produksi padi menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk. Produksi padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 230.870 ribu ton gabah kering giling (GKG). Diketahui jumlah ini juga mengalami penurunan sebanyak 35.500 ton dibandingkan 2018. Luas panen padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 63.140 hektare atau mengalami penurunan sebanyak 8.310 hektar atau 11,63% dibandingkan tahun 2018.
“Pada 2019 terjadi kenaikan produksi padi di Kabupaten Bengkalis, mencapai 4.132 ton GKG,” kata Kepala BPS Riau, Misparuddin. Jelas saja, peningkatan produksi tersebut tidak sebanding dengan penurunan produksi padi di 10 kabupaten dan kota lainnya. Bahkan, tiga daerah sentra produksi padi yang selama ini menjadi lumbung beras untuk Riau mengalami penurunan produksi.
Seperti di Kabupaten Indragiri Hilir, produksi padi menurun 1.369 ton GKG. Kemudian di Rokan Hilir produksinya turun 7.123 ton dan Siak turun 1.291 ton. Bahkan, penurunan produksi padi paling tinggi terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi yang mencapai 10.202 ton GKG.
Pemprov Riau, saat satu tahun dipimpin oleh Syamsuar, mereka baru ancang-ancang untuk melakukan rehabilitasi sawah terlantar, optimalisasi lahan rawa, perluasan areal tanam baru, perbaikan infrastruktur dan peningkatan produktifitas. Namun itu semua belum optimal karena keburu coronavirus mewabah dengan sangat cepat.
Capaian pada 2019, diklaim oleh Pemprov Riau bahwa rehab sawah terlantar sebanyak 73 hektar, perluasan areal tanam baru 2.508,8 hektare, perbaikan infrastruktur capaiannya 1.100 meter irigasi tersier, serta perbaikan dua unit pintu air dan dua unit bangunan bagi 546 hektare, baru itu yang diklaim telah tercapai. Dengan gambaran tersebut, belum terlihat ada prioritas untuk mengangkat angka produksi padi. Sementara kebutuhan besar lokal baru mampu menutupi 30% kebutuhan Riau secara menyeluruh. (bpc3)