10 Januari 2022, menjadi hari paling bersejarah bagi Sumaryanti. Dia adalah seorang pembatik yang lahir di Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi. Di hari itu, tanah kelahirannya diresmikan sebagai Kampung Batik pertama.
Di hari itu, Sumaryanti tak bisa menutupi wajah bahagianya, mengingat perjuangan panjang dan melelahkan kini telah membuahkan hasil.
Sejak lama, Sumaryanti ingin ada perubahan di kampung halamannya. Awal mula dia terjun membatik di tahun 2016 lalu.
Dia dan salah satu rekannya, Awaluddin diutus oleh Dekranasda Kuansing untuk mengikuti pelatihan membatik di Rumah Batik Andalan, Program Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
“Kami ikut pelatihan selama dua minggu waktu itu dan setelah itu kami sepakat dan bertekad untuk membangun Rumah Batik Nagori,” tuturnya.
Saat ini Rumah Batik Nagori memiliki 87 pengrajin yang sebagian besar merupakan anak-anak muda kreatif di sekitar Gunung Toar.
“Saya merasa bangga ditetapkannya Gunung Toar sebagai Kampung Batik, ini berkat dukungan dari Ibu Camat Gunung Toar, Dekranasda Kuansing dan program binaan dari PT RAPP,” ungkapnya.
Peran serta RAPP dalam pengembangan batik di Kuansing sejalan dengan program pemberdayaan perempuan RAPP yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di sekitar operasional RAPP.
Bermula dari Rumah Batik Andalan dengan motif khas ombak Bono di Pelalawan, kemudian disusul oleh Rumah Batik Pertama di Kuansing.
Dukungan dari pemerintah terhadap perkembangan batik Kuansing juga menjadi kunci tumbuh kembang Gunung Toar menjadi sentra batik di Kuansing.
Terlebih dengan terbitnya Peraturan Bupati Nomor 36 tahun 2021 tentang pakaian dinas ASN dan honorer di lingkungan Pemkab Kuansing.
Perbup tersebut mewajibkan ASN dan honorer untuk memakai Batik Kuansing setiap hari Kamis. Hal ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Sebab penerapan peraturan menjadi bagian dari upaya dari peningkatan ekonomi masyarakat melalui gerakan cinta produk UMKM lokal Kuansing.
Surmayanti menjadi perempuan pertama yang gencar mempromosikan kerajinan batik dengan motif adat kebudayaan kuansing. Seperti motif jalur dan takuluak barembai.
Kin rumah-rumah batik dengan motif bercirikan kearifan lokal tumbuh subur di Kuansing.
“Ini diawali dengan berdirinya banyak Kelompok-kelompok Usaha Batik (KUB), sehingga Gunung Toar layak dinobatkan menjadi sentra batik Kuansing,” kata Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian (Kopdagprin) Kuansing, Drs Azhar, MM.
Terdapat 9 kelompok usaha batik (KUB) di Gunung Toar dari total 21 KUB yang tersebar di Kabupaten Kuansing. Untuk itu, Azhar meminta kepada para pengrajin batik di Kuansing untuk terus meningkatkan kualitasnya.
Terlebih dengan menggeliatnya usaha batik, sangat berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
Saat ini sebanyak 20 motif kreasi Rumah Batik Nagori yang dikelola Surmayanti telah diakui memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.***