BERTUAHPOS.COM — Politikus Fahri Hamzah ungkit masalahnya dengan Partai Keadilan Sejahtera [PKS]. Dia yang dipecat oleh PKS menggugat ke pengadilan hingga memenangkan Kasasi Mahkamah Agung.
Dalam gugatannya tersebut, Fahri Hamzah dinyatakan menang sehingga PKS harus membayar denda sebagai kompensasi Rp30 miliar kepadanya. Namun, hingga kini Fahri Hamzah belum juga mendapatkan uang tersebut dari PKS. Dia mengaku bahwa itu hal lucu dan mempertanyakan kemana uang tersebut.
Hal ini diutarakan Fahri Hamzah, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Talk Show TvOne pada Minggu, 7 Maret 2021. Diceritakan Wakil Ketua Umum Partai Gelora tersebut, di Pengadilan sampai dengan masuk kasasi, dia sudah dinyatakan menang dan akan mendapat kompensasi Rp30 miliar dari PKS.
“Jadi memang ada yang lucu nih. Di Pengadilan sampai kasasi menang, harus bayar Rp30 miliar, karena waktu itu saya bilang harus ini dikompensasi kepada basis-basis perjuangan saya, anak yatim, rakyat, dan sebagainya,” kata
Akan tetapi kemudian ada Peninjauan Kembali (PK), dikatakan olehnya bahwa yang lucu dari PK tersebut adalah dia akan tetap dimenangkan tetapi uang kompensasi sebesar Rp30 miliar dihilangkan.
Diungkapkannya orang kena denda tetapi dendanya itu sendiri tidak ada.
“Ya sebenarnya itu lucu tapi saya biarin aja lah dulu. Tapi istilahnya tuh, saya dimenangkan tapi uangnya diambil, kira-kira gitu. Saya nggak tau apakah ada nego untuk bagi-bagi atau apa,” ujar Fahri Hamzah.
Diakuinya tidak ada perasaan tidak enak atau marah maupun kesal, dia menyebutnya sebagai transisi, transisi pada pencarian banyak orang. Karena hubungannya dengan partai dan sebagainya, mengingatkan kembali kondisi Indonesia yang saat ini sedang mengalami kembali kegelisahan.
Diistilahkannya kalau itu sudah merupakan jam tubuh dari bangsa Indonesia, selalu ada kegelisahan besar dalam sejarahnya. Oleh karena itu, dia sering membuat teori mengenai masa 20 tahunan di Indonesia selalu ada peristiwa besar yang terjadi.
“Kenapa? karena dia gelisah pada waktu itu dan gelisah itu bisa menghasilkan sesuatu yang naik atau yang turun gitu kan. Coba lihat angka delapan misalnya, di balik angka 8 selalu ada peristiwa besar, 08, 28, 48, 68,” ucap Fahri Hamzah.
Pada 1908 terjadi peristiwa Budi Utomo, 1928 terjadi aksi Sumpah Pemuda, 1948 ada peristiwa Madiun, 1968 berdirinya Orde Baru, 1978 kejadian pendudukan kampus ITB. (bpc2)