BERTUAHPOS.COM — Produk samping berbentuk cair dari proses fermentasi biomassa, disebut dengan bio slurry. Bio slurry diperoleh dari limbah organik atau kotoran hewan, yang berproses dalam biodigester untuk menghasilkan biogas.
Proses fermentasi ini menghasilkan dua produk utama, yaitu gas (biogas) dan residu berbentuk cair atau padat yang disebut bio slurry. “Sebagai penerimaan manfaat, bio slurry bisa langsung kami gunakan ke tanaman sebagai pupuk organik,” kata Sudarman, petani penerima manfaat di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kampar, Riau.
Dari banyak penelitian menyebutkan bahwa Bio slurry mengandung nutrisi yang tinggi, sehingga memiliki potensi besar, sebagai pupuk organik yang bermanfaat untuk pertanian dan perkebunan.
Karakteristik dan Kandungan Bioslurry
Bioslurry kaya akan berbagai nutrisi penting bagi tanaman, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur-unsur ini juga terdapat pada pupuk kimia.
Selain itu, bioslurry mengandung unsur mikro lainnya, seperti kalsium, magnesium, dan sulfur, yang juga penting bagi pertumbuhan tanaman.
Karena mengalami proses fermentasi anaerob, kandungan organik di dalamnya sudah terurai menjadi bentuk yang lebih mudah diserap oleh tanaman, sehingga dapat memperbaiki kualitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman lebih cepat.
Adapun manfaat dari bioslurry
Kata Sudarman, bio slurry cair dapat langsung digunakan sebagai pupuk cair, yang bisa diaplikasikan dengan penyemprotan pada daun tanaman. “Sedangkan bio slurry padat dapat digunakan sebagai pupuk dasar yang ditabur di sekitar akar tanaman,” katanya.
Manfaat lainnya, bio slurry meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah, sehingga memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuannya menahan air. Hal ini bermanfaat khususnya pada tanah-tanah yang mengalami degradasi atau kekurangan bahan organik.
“Selain itu, penggunaan bio slurry sebagai pupuk dapat meningkatkan hasil panen dengan menyediakan nutrisi yang seimbang dan mudah diserap tanaman, sehingga tanaman tumbuh lebih subur dan sehat,” tuturnya.
Menurut Sudarman, hadirnya bio slurry, juga dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. “Apalagi harga pupuk kimia yang tinggi, maka bio slurry sangat menjadi solusi. Selain itu pupuk kimia punya berdampak negatif bagi lingkungan, dengan bio slurry petani juga turut berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan,” tuturnya.
Menggunakan bio slurry sebagai pengganti pupuk kimia pada tanaman, dapat meminimalkan emisi gas rumah kaca, karena bahan organik sudah mengalami proses fermentasi anaerob yang menurunkan kadar gas metana dalam limbah.
Dengan mengolah limbah organik menjadi bio slurry, risiko pencemaran lingkungan berkurang, khususnya pencemaran tanah dan air yang sering disebabkan oleh kotoran hewan atau limbah rumah tangga.
Proses Produksi Bioslurry
Bioslurry dihasilkan dalam biodigester, sebuah alat yang menampung limbah organik untuk mengalami proses fermentasi tanpa oksigen.
Langkah-langkah umum dalam produksi bio slurry yakni dengan pengisian bahan; limbah organik, seperti kotoran hewan, sisa makanan, atau bahan organik lainnya, dimasukkan ke dalam biodigester bersama dengan air.
Selanjutnya, dalam kondisi tanpa oksigen, mikroorganisme akan mengurai bahan organik, sehingga menghasilkan gas atau biogas dan residu cair yang disebut bio slurry.
Proses ini biasanya memakan waktu 15-30 hari tergantung pada jenis bahan yang digunakan. “Jika menggunakan kotoran sapi, prosesnya akan lebih cepat,” tambah Sudarman.
Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memasak atau listrik, sedangkan bioslurry diambil untuk dimanfaatkan sebagai pupuk.
Penggunaan dan Aplikasi Bioslurry
Penggunaan bioslurry bisa dilakukan dalam beberapa cara, baik secara langsung maupun setelah melalui proses pengolahan tambahan:
- Pupuk Cair: Bio slurry cair dapat diaplikasikan dengan mencampurkan dalam air dan disemprotkan langsung ke daun tanaman atau disiramkan ke tanah. Ini membantu tanaman dalam penyerapan nutrisi dengan lebih cepat.
- Pupuk Padat: Jika bio slurry dikeringkan, ia bisa menjadi pupuk padat atau kompos yang bisa diaplikasikan di sekitar akar tanaman. Pengeringan ini juga memudahkan dalam penyimpanan dan distribusi.
Sedangkan untuk pengaplikasian pada perkebunan dan hortikultura, bio slurry sangat cocok digunakan pada perkebunan, seperti kopi, kelapa sawit, atau sayuran, karena dapat meningkatkan hasil panen sekaligus memperbaiki kondisi tanah dalam jangka panjang.
Tantangan dan Kendala Penggunaan Bioslurry
Meski memiliki banyak manfaat, pemanfaatan bio slurry juga menghadapi beberapa kendala, seperti; keterbatasan Infrastruktur: Proses pengolahan bio slurry membutuhkan biodigester dan fasilitas lain yang mungkin tidak tersedia di semua daerah, terutama di pedesaan yang terpencil.
“Selain itu, jumlah bio slurry yang dihasilkan sangat bergantung pada bahan baku dan proses pengolahan. Jika bahan baku atau proses pengolahannya tidak tepat, bioslurry mungkin tidak mengandung nutrisi yang optimal,” tambahnya.
Tantangan lainnya, yakni terbatasnya pengetahuan petani. Tidak semua petani memahami cara mengolah dan menggunakan bio slurry secara efektif. Oleh sebab itu, edukasi dan pelatihan seringkali diperlukan agar bio slurry dapat dimanfaatkan dengan optimal.***