BERTUAHPOS.COM – Gempa megathrust adalah gempa bumi dengan kekuatan besar yang terjadi di zona subduksi, yaitu tempat dua lempeng tektonik bertabrakan. Ketika salah satu lempeng menunjam di bawah lempeng lainnya, tekanan yang terakumulasi akhirnya dilepaskan dalam bentuk gempa bumi yang sangat kuat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa gempa megathrust di Indonesia hanya tinggal menunggu waktu. Fenomena ini semakin menjadi perhatian serius setelah ilmuwan mengungkap adanya seismic gap pada Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Selain di wilayah tersebut, menurut BMKG, subduksi aktif yang berpotensi memicu gempa megathrust, yakni Subduksi Sunda-Banda, Subduksi Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Laut Filipina, dan Subduksi Utara Papua.
Gempa megathrust tidak hanya menjadi gempa terbesar di dunia, tetapi juga berpotensi memicu tsunami. Ketika gempa ini terjadi, gerakan vertikal di dasar laut dapat memindahkan sejumlah besar air, yang kemudian menyebabkan gelombang tsunami.
Beberapa contoh gempa besar yang pernah terjadi di Indonesia, seperti di selatan Pulau Jawa pada tahun 1780, 1859, dan 1943, menunjukkan bahwa potensi tsunami akibat gempa megathrust sangatlah nyata.
BMKG menyatakan bahwa gempa megathrust di Indonesia hanya tinggal menunggu waktu, namun waktu pastinya tidak dapat diprediksi. Kekhawatiran meningkat setelah analisis terhadap seismic gap di Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Seismic gap adalah wilayah di sepanjang batas lempeng aktif yang belum mengalami gempa selama lebih dari 30 tahun. Wilayah Mentawai-Siberut, misalnya, terakhir kali mengalami gempa besar pada 10 Februari 1797 dengan kekuatan magnitudo 8,5 yang memicu tsunami besar. Dengan seismic gap yang sudah lebih dari 200 tahun, potensi gempa besar bisa terjadi kapan saja.
Terdapat spekulasi di media sosial bahwa gempa megathrust dapat membelah Pulau Jawa. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Meskipun gempa megathrust memiliki kekuatan untuk merusak permukaan bumi, seperti yang terjadi di Aceh pada 2004 dengan magnitudo 9,1 dan tsunami setinggi 30 meter, tidak ada kasus yang menunjukkan bahwa gempa dapat membelah pulau.
Mengingat potensi kerusakan yang besar akibat gempa megathrust, terutama di daerah padat penduduk, upaya mitigasi sangatlah penting. Masyarakat disarankan untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi, seperti mengaktifkan notifikasi gempa di ponsel dan mempersiapkan perlengkapan darurat.***