Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penting penghasil minyak, baik itu untuk kepentingan konsumsi, minyak industri maupun bahan bakar nabati (biodiesel) dan turunan lainnya (Pahan, 2012).
Kelapa sawit memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Sebagai salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar Indonesia, dan Riau merupakan Provinsi terluas perkebunan sawit di Indonesia, kelapa sawit telah berkontribusi terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Riau (Bank Indonesia, 2020).
Kelapa Sawit mempunyai peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun pajak yang besar (Pahan, 2008), terhadap perekonomian nasional dalam mendukung mata pencaharian masyarakat pedesaan (Syahza, 2011), dan menumbuhkan ekonomi lokal dan akses ke kebutuhan dasar (Budidarsono, 2013).
Provinsi Riau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategis baik masa kini maupun masa yang akan datang karena terletak pada wilayah jalur perdagangan Regional maupun Internasional di kawasan ASEAN melalui kerjasama IMT-GT dan IMS-GT.
Keberadaan wilayah Provinsi Riau terletak antara 0105’00’’ Lintang Selatan sampai 0225’00” Lintang Utara dan 10000’00” sampai 10505’00” Bujur Timur berbatasan langsung dengan 4 Provinsi lainnya yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut; sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat, sebelah Timur Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka, sebelah Barat berbatasan denga Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.
Provinsi Riau memiliki luas ± 90.128,76 Km² , terdiri dari luas daratan 89.083,57 Km² (98,8 %) dan luas lautan/perairan 1.045,19 Km² (1,2%). Provinsi Riau terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota. Kesepuluh Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti. Dua Kota adalah Kota Pekanbaru dan Dumai.
Berdasarkan letak geografisnya, Provinsi Riau berada pada posisi strategis yang mempunyai arti penting dalam geopolitik dan perekonomian nasional dan regional.
Beberapa keuntungan yang diperoleh berdasarkan letak geografis tersebut adalah berada di jalur perdagangan internasional Selat Malaka, dekat dengan Malaysia, Singapura, selain itu berada di segitiga pertumbuhan ekonomi tiga negara Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) merupakan tanaman perkebunan penting di Indonesia. Indonesia adalah negara produsen minyak kelapa sawit utama di dunia. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perkebunan negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat.
Kelapa sawit adalah tanaman palma penghasil minyak makanan, minyak industri dan biodiesel (bahan bakar nabati). Sayangnya produktifitas kebun kelapa sawit secara nasional masih rendah, terutama perkebunan rakyat yang dikelola secara perseorangan.
Tingkat produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan tempat tumbuhnya, kualitas bibit yang digunakan serta teknik budidaya dan pengelolaan dalam budidayanya.
Budidaya Kelapa Sawit dari Pemilihan Bibit Hingga Panen
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. Elaeis oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari: Dura, Pisifera, dan Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Salah satu hal pokok yang menjadi unsur dasar keberhasilan dari kegiatan perkebunan kelapa sawit adalah dengan adanya benih-benih unggulan. Perluasan perkebunan kelapa sawit tersebut akan terus berlanjut, sehingga kebutuhan benih (kecambah) bermutu juga meningkat. Hal ini akhirnya dimanfaatkan oleh para produsen benih kelapa sawit untuk meraup keuntungan berupa produksi benih palsu. Hal ini juga didukung oleh temuan Pusat Penelitian
Sumber Benih Kelapa Sawit yang ada di Provinsi Riau
Group bisnis Asian Agri, melalui PT.Tunggal Yunus Estate – Oil Palm Research Station, Topaz sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit di Indonesia telah ikut serta mewujudkan pembangunan sistem dan usaha agribisnis kelapa sawit yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi yaitu dengan menyediakan benih bermutu secara berkelanjutan.
Kebun benih kelapa sawit “Oil Palm Research Station (OPRS)” Topaz-Riau telah mulai dirintis sejak tahun 1992 dengan seleksi dan persilangan pohon induk di Costa Rica. Selanjutnya, pohon induk yang dihasilkan ditanam di kebun Topaz pada tahun 1995 sejumlah lebih dari 23.000 pohon dura Deli, dan lebih 2.000 pohon pisifera dari 36 projeni TxP dan 36 klon pisifera.
Sebagai produsen benih kelapa sawit, OPRS Topaz bertujuan untuk menghasilkan bahan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas minyak yang tinggi dan mempunyai keunggulan sekunder yang diperoleh melalui aktivitas pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan.
Program pemuliaan dilakukan dan didukung oleh pakar yang telah berpengalaman di bidang penelitian kelapa sawit baik dari dalam maupun luar negri.
Melalui serangkaian penelitian yang panjang, varietas unggul kelapa sawit DxP Topaz telah memperoleh izin pelepasan varietas sesuai surat keputusan Menteri Pertanian RI No.57,58,59,dan 60/KPTS/SR,120/I/2004, masing-masing tertanggal 16 Januari 2004.
Dalam melakukan proses seleksi benih, Asian Agri menggunakan tetua dura terseleksi sejumlah 228 keturunan inbred lines dura Deli (DxD) yang berasal dari lembaga riset ternama seperti Mardi Serdang (Malaysia), OPRS Banting (Malaysia), OPRS Dami (Papua New Guinea), Stasiun Riset Chemara (Malaysia), Socfin Johor Labis (Malaysia), dan San Alejo (Honduras), serta tetua pisifera terseleksi sejumlah 50 keturunan yang berasal dari AVROS H&C (Malaysia), AVROS Dami (PNG), Ghana & Nigeria (Kade-Ghana), Ekona, La Me dan Yangambi (IRHO/CIRAD).
Proses pengumpulan tepung sari dari tetua pisifera dan penyerbukan pada bunga betina dilakukan dengan ketelitian yang sangat tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan menjaga kemurnian benih yang dihasilkan.
Standar seleksi yang tinggi dan kontrol kualitas yang ketat akan memberikan jaminan bahan tanaman yang dihasilkan berkualitas tinggi. Jaminan kualitas diwujudkan melalui implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, selain itu untuk jaminan ramah lingkungan, Asian Agri Group telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
Penelitian telah dilakukan oleh OPRS Topaz terhadap sejumlah 440 projeni DxP yang berasal dari persilangan antara 223 dura Deli dengan 50 pisifera pada 3 lokasi dengan jenis tanah berbeda yaitu : tanah organik/alluvial, gambut dangkal dan gambut dalam, dengan luas areal percobaan lebih dari 600 hektar di Sumatera Utara dan Riau dengan total areal seluas 25% berada di tanah organik/alluvial dan 75% pada tanah gambut.
Selain mampu beradaptasi dengan baik pada lahan gambut, benih DxP Topaz juga memiliki potensi hasil minyak yang tinggi, produksi TBS yang tinggi mulai panen pertama (29 bulan setelah tanam), rendemen minyak yang tinggi, pertumbuhan meninggi yang lambat, toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit Fusarium Wilt.
Hasil pengujian varietas DxP Topaz di lahan gambut Topaz-Riau menunjukkan bahwa pada tanaman yang ditanam bulan Mei 2003 pada tahun 2006/2007 telah mampu menghasilkan rata-rata 27,6 ton TBS/ha/thn (TM-2).
Tetua-tetua dura yang terpilih untuk menghasilkan benih adalah dari keturunan dura Deli yang dikembangkan di lembaga riset Dami, Chemara, Harrisons & Crossfield, sedangkan tetua tetua pisifera terpilih adalah keturunan Nigeria, Ekona, Ghana, dan Yangambi. Pada tahun 2004 produksi benih sekitar 2,5 juta kecambah, dan ditingkatkan hingga mencapai 12 juta kecambah pada tahun 2008.
Dalam rencana untuk meningkatkan potensi produksi yang tinggi, OPRS Topaz melanjutkan program pemuliaan dengan menggunakan kajian secara bioteknologi dan mulai melaksanakan kloning pohon-pohon terpilih (unggul) dan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.
Perlu Kajian Pendalaman
Dari informasi tersebut, maka ada beberapa rumusan masalah yang sekiranya menarik untuk dilakukan kajian lebih dalam lewat penelitian ilmiah. Pertama, bagaimana Peranan Dinas Perkebunan Provinsi Riau di dalam menjamin terhadap beredarnya benih unggul kelapa sawit, kedua, bagaimana penerapan penggunaan varietas unggul kelapa sawit di Provinsi Riau, ketiga, bagaimana komunikasi antar Dinas Perkebunan Provinsi Riau dengan Perusahaan Sumber Benih.
Penelitian ini tentunya penting dilakukan untuk tujuan, menggambarkan dan menganalisis standar dan tujuan kebijakan di dalam Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau.
Selain itu, penelitian juga dapat mendeskripsikan dan menganalisis komunikasi antar Dinas Perkebunan Provinsi Riau dengan Perusahaan Sumber Benih dan mendeskripsikan dan menganalisis sejauh mana penggunaan varietas unggul kelapa sawit di Provinsi Riau.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu administrasi publik pada umumnya dan pada khususnya, yakni yang berkaitan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau, dapat menjadi masukan kepada pemerintah, khususnya pemerintah Provinsi Riau didalam menerapkan kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau, serta dapat bermanfaat bagi masyarakat petani pekebun agar dapat secara bersama-sama membangun kesadaran untuk senantiasa mengikuti peraturan pemerintah didalam keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawitnya.***
Artikel ini ditulis oleh M Yudi Candra, mahasiswa program pascasarjana doktoral, Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Semua materi dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis.