BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Suatu ketika, Imam Malik dan Imam Syafi’i berbeda pendapat soal rezeki. Imam Syafi’i yang saat itu berguru kepada Imam Malik tak setuju dengan pendapat sang guru.
Soal rezeki, Imam Malik mengatakan semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Apa yang akan dimakan saat pagi, siang, sore, esok hari, dan seterusnya telah diatur oleh Allah. Manusia hanya harus bersikap berserah diri, lakukan saja yang terbaik, dan setelahnya serahkan kepada Allah.
Imam Syafi’i kurang sepakat. Menurut Imam Syafi’i, manusia harus lebih giat dan aktif untuk menjemput rezekinya, barulah diserahkan kepada Allah. Beliau berpandangan bagaimana seekor burung bisa makan jika tak keluar dari sangkarnya?
Karena berbeda pendapat, Imam Syafi’i bertekad membuktikan pendapatnya. Beliau kemudian izin keluar sebentar kepada sang guru.
Di perjalanan, Imam Syafi’i melihat petani yang tengah memanen anggur. Beliau kemudian membantu para petani tersebut, dengan upah sekeranjang anggur.
Setelah mendapatkan anggurnya, Imam Syafi’i bergegas pulang ke tempat Imam Malik, karena ingin membuktikan pendapatnya. Bahwa, karena ia lebih aktif dan giat, akhirnya mendapatkan rezeki sekeranjang anggur, dan ingin membaginya kepada sang guru.
Imam Malik yang mendengar cerita Imam Syafi’i hanya tersenyum. “Ketahuilah, bahwa ketika engkau meninggalkan aku, aku berdoa kepada Allah agar bisa memakan anggur hari ini. Dan Allah telah atur, bahwa aku makan anggur hari ini, melalui perantara engkau,” ujar Imam Malik.
Mengetahui hal tersebut, guru dan murid ini tertawa, dan makan anggur bersama. Mereka tidak saling menjauh hanya karena berbeda pendapat, melainkan semakin erat hubungannya.
Dari kisah ini, dapat diambil hikmah, bahwa berbeda pendapat, berbeda pandangan politik, berbeda pilihan bukanlah sesuatu yang harus menjadi masalah dan memutuskan hubungan. (bpc4)
Disadur dari khutbah jumat Ustaz Tukiman Khatani di Masjid Daarul Abrar, Pekanbaru, Jumat 11 Januari 2019.