بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
RENUNGAN JAMAN FIRAUN :
Ketika penduduk Mesir semakin fanatik dengan kekufuran mereka. Permusuhan dan pengingkaran mereka terhadap Rasulullah Musa ﷺ kian mengobarkan hasrat untuk membunuh dan menindas utusan Allah dan orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengikuti raja mereka yang zhalim, Firaun. Saat itulah Allah tegakkan hujjah-Nya membinasakan mereka semua. Mereka telah menyaksikan tanda-tanda dan kejadian-kejadian yang di luar nalar. Kejadian yang keluar dari proses alamiahnya. Dan membuat akal terheran-heran. Tapi mereka tetap tak mau berhenti, tak mau memahami, dan tak mau kembali kepada Allah ﷻ.
Dengan kekuasaan dan kesewenang-wenangannya, Firaun berhasil menekan rakyatnya untuk mengingkari kebenaran yang dibawa Nabi Musa.
فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلاَّ ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَن يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (QS:Yunus | Ayat: 83).
Puncaknya, Firaun mengklaim dirinya sebagai Tuhan yang berhak disembah. Ketika kezhaliman telah memuncak, saat itulah pertolongan Allah datang. Nabi Musa mengumpulkan para pengikutnya. Menasihati mereka, meneguhkan hati mereka, dan memberikan arahan kepada mereka.
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri”. (QS:Yunus | Ayat: 84).
Mereka menjawab ucapan Nabi Musa dengan jawaban yang menenangkan beliau.
فَقَالُواْ عَلَى اللّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Lalu mereka berkata: “Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang´zalim”. (QS:Yunus | Ayat: 85).
Nabi Musa memerintahkan mereka agar bertawakal kepada Allah semata. Meminta tolong dan berharap kepada-Nya. Dan Allah ﷻ pun memberikan jalan keluar untuk mereka semua.
Sedemikian resahnya rakyat Mesir di zaman pemerintahan Fir’aun, dimana dakwah Islam yang diajarkan Nabi Musa mandeg, dimana pemuka-pemuka agama tidak bisa menjalankan fungsinya karena kewajiban untuk taat kepada sang Tiran (Fir’aun), dimana rakyat akan dihukum bahkan dibunuh apabila tidak taat kepada Fir’aun. Itulah ilustrasi kehidupan rakyat mesir di jaman Fir’aun.
Rupanya ajaran Fir’aun dan doktrin-doktrinnya tidak berhenti di jaman dahulu saja tetapi ajaran Fir’aun dihidupkan kembali di jaman sekarang hampir di seluruh dunia dimana para diktator berkuasa di beberapa negara (tapi mereka tidak merasa sebagai diktator lho..) bahkan sang diktator merasa diri sebagai pemimpin bijak yang penuh kekuatan dan kekuasaan dan nyaris bertindak selayaknya sebagai Tuhan.
Thomas Carlyle mengatakan bahwa the history of the world is but the biography of great man, sejarah tak lebih merupakan kumpulan biografi orang-orang besar, katanya. Sejarah adalah manusia.
Sementara menurut Sayyid Quthb, sejarah adalah interpretasi peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah interpretasi. Sejarah adalah hikmah dan pembelajaran.
Imam As-Suyuthi mendeskripsikan sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia, keduanya akan dicatat sebagai sejarah. Ekspresi potensi jahat akan dicatat sebagai sejarah kelam, ekspresi potensi kebaikan akan dicatat sebagai sejarah gemilang.
Itulah mengapa, dalam sejarah selalu ada pertarungan antara manusia penegak kebenaran dan manusia kebatilan. Saat hadir Musa, maka hadir pula Fir’aun. Saat hadir Rasulullah Muhammad SAW, hadir pula Abu Jahal dan seterusnya.
Al-Qur’an memaparkan rentetan sejarah Nabi-nabi terdahulu, sebagaimana diungkap oleh Sayyid Quthb adalah untuk diambil pelajaran melalui analisis interpretasi atas berbagai peristiwa yang melingkupi kita hari ini.
Target pembelajaran sejarah adalah agar kita bisa mengambil peran sebagai penegak kebenaran Islam (penolong agama Allah) sebagaimana para Nabi telah mencontohkan. Sebaliknya, jangan sampai kita menjadi pecundang yang justru memusuhi dan atau menghalangi tegaknya agama Allah.
لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ ۞
“Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat. (Al-Qur’an) bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan merupakan pembenar (kitab-kitab) yang sebelumnya, memerinci segala sesuatu, sebagai petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).
Kita ambil salah satu paparan sejarah dalam Al-Qur’an yakni kehadiran Musa yang Fir’aun. Istilah Fir’aun tidak merujuk kepada nama, namun kepada sistem dan kondisi politik kekuasaan. Sebab raja Fir’aun tidak selalu bernama Fir’aun, namun menunjukkan indikator kekuasaan yang dzalim dan diktator.
Karena itu, interpretasi sejarah yang diulang oleh Allah dalam setiap zaman harus bisa kita baca secara cerdas, agar kita bisa mengambil peran yang benar. Setidaknya, ada sepuluh karakter kekuasaan politik rezim Fir’aun dalam al-Qur’an sebagaimana yang diutarakan dalam link tersebut di atas.
Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari Kekufuran, kemunafikan, sok kuasa dan merasa diri punya kekuatan untuk merendahkan orang lain. Aamiin.
Oleh: H Derajat
Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita