BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Saat dibuang ke Belanda, tiga serangkai pendiri Indische Partij, Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesomo, dan Soewardi Soerjaningrat langsung mendapatkan pertentangan dari Noto Soeroto.
Dikutip dari buku ‘Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi‘ (2017) terbitan Tempo (hlm 121-123), Noto Soeroto saat itu adalah pendiri organisasi mahasiswa Hindi di Belanda, Indische Vereeniging.
Siapa Noto Soeroto? Dia adalah cucu dari Pakualam V di Yogyakarta. Ayahnya, Pangeran Notodiredjo, adalah salah satu pendiri Boedi Oetomo. Noto juga masih sepupu dari Soewardi Soerjaningrat.
Rupanya, bagi Noto, di tahun 1913, gagasan kemerdekaan Indonesia yang dibawa Indesche Partij masih terlalu radikal. Bahkan, di suatu kesempat, Noto menyebutkan bahwa Indesche Partij memiliki benih-benih pertikaian dan hasutan.
“Indesche Partij melawan Belanda, sedangkan Indesche Vereeniging setia. Yang pertama punya benih-benih pertikaian dan hasutan, sedangkan yang terakhir mencoba mencapai gagasan bersama yang didukung banyak orang unggul,” tulis Noto.
Noto sendiri memiliki pandangan bahwa Belanda dan Hindia Belanda harus bekerja sama berdasarkan perbedaan dan kesamaan keduanya.
Dalam konsep pikiran Noto, yang harus dicapai adalah Kerajaan Belanda Raya, dengan negara induk (Belanda) dan koloni-koloninya membentuk politik kolonial ideal. Atau, dengan kata lain, Noto menganjurkan negara Persemakmuran Belanda-Indonesia.
Gagasan Noto masih didukung oleh anggota Indesche Vereeniging selama kepengurusanya di tahun 1911-1914. Namun, saat kepemimpinan Indesche Vereeniging dipegang Gerungan S.S.J. Ratulangie, mahasiswa jurusan Matematika Universitas Amsterdam asal Tondano, gagasan Noto mulai ditinggalkan.
Gagasan Indonesia merdeka kemudian mendapatkan sambutan dan menyulut di kalangan pelajar Indonesia di Belanda. (bpc4)